Nationalgeographic.co.id - Analisis baru dari para ahli paleontologi Field Museum of Natural History menemukan bahwa Spinosaurus dan kerabat dekatnya Baryonyx sama-sama memiliki tulang padat. Hal itu membuatnya mungkin untuk menenggelamkan diri dan memburu mangsanya di bawah air.
Pada studi tersebut, para peneliti menganalisis kepadatan tulang beberapa dinosaurus spinosaurid dan membandingkannya dengan hewan lain seperti penguin, kuda nil, dan buaya. Laporan studi tersebut telah dipublikasikan di jurnal bergengsi Nature dengan judul "Subaqueous foraging among carnivorous dinosaurs" secara daring pada 23 Maret 2022.
Seperti diketahui, Spinosaurus adalah dinosaurus pemangsa terbesar yang diketahui, dua meter lebih panjang dari Tyrannosaurus rex terpanjang yang diketahui. Akan etapi cara berburunya telah menjadi bahan perdebatan selama beberapa dekade.
Dalam dekade terakhir, paleontolog University of Portsmouth dan Penjelajah National Geographic, Dr. Nizar Ibrahim menemukan berbagai bagian kerangka Spinosaurus di Gurun Sahara Afrika Utara. Kerangka yang dijelaskan Dr. Nizar Ibrahim dan timnya memiliki lubang hidung yang ditarik, kaki belakang yang pendek, kaki seperti dayung, dan ekor seperti sirip, semua tanda yang dengan tegas menunjukkan gaya hidup akuatik.
Berdasarkan anatomi yang sangat khusus, Dr Ibrahim dan timnya sebelumnya menyarankan bahwa Spinosaurus bisa berenang dan aktif mengejar mangsa di dalam air. Namun yang lain mengeklaim kemungkinan Spinosaurus bukan perenang yang hebat dan mengarungi air seperti bangau raksasa.
Para peneliti terus memperdebatkan apakah Spinosaurus menghabiskan sebagian besar waktunya di bawah air, mengejar mangsa di air, atau hanya berdiri di air dangkal dan mencelupkan rahangnya ke dalam untuk menangkap mangsa. "Sebagian ini mungkin karena kami menantang dogma yang sudah berumur satu dekade, jadi bahkan jika Anda memiliki kasus yang sangat kuat, Anda agak mengharapkan tingkat penolakan tertentu," kata Dr Ibrahim dilansir University of Portsmouth News.
Perdebatan yang terus berlanjut ini mengarahkan penulis utama Dr. Matteo Fabbri, yang berbasis di Chicago's Field Museum, penulis senior Dr Ibrahim dan tim peneliti internasional untuk mencoba menemukan cara lain untuk menyimpulkan gaya hidup dan ekologi makhluk yang telah lama punah seperti Spinosaurus.
Baca Juga: Konsep Kinematika, Apakah Pelari Usain Bolt Lebih Cepat dari T. Rex?
Baca Juga: Dinosaurus Punah Akibat Serbuan Gas Belerang Setelah Tabrakan Asteroid
Baca Juga: Temuan Tulang Dinosaurus Dari Dalam Perut Buaya Purba di Australia
Dr Fabbri berkata, ide untuk penelitian mereka adalah, dapat menafsirkan data fosil dengan cara yang berbeda. Akan tetapi bagaimana dengan hukum fisika umum? Ada hukum tertentu yang berlaku untuk setiap organisme di planet ini. Salah satunya hukum tentang kepadatan dan kemampuan tenggelam ke dalam air. Di seluruh kerajaan hewan, kepadatan tulang dapat memberi tahu kita apakah seekor hewan mampu tenggelam di bawah permukaan dan berenang.
"Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa mamalia yang beradaptasi dengan air memiliki tulang padat di kerangka postkranial (di belakang tengkorak) mereka," kata Fabbri, seorang ahli struktur internal tulang. Tulang yang padat membantu mengontrol daya apung dan memungkinkan hewan untuk menenggelamkan dirinya sendiri.
Tim mengumpulkan kumpulan data yang sangat besar dari tulang paha dan tulang rusuk dari 250 spesies hewan yang punah dan yang masih hidup, termasuk penghuni darat dan penghuni air, dan mencakup hewan dengan berat mulai dari beberapa gram hingga beberapa ton termasuk anjing laut, paus, gajah, tikus, dan bahkan burung kolibri.
Mereka juga mengumpulkan data tentang reptil laut yang sudah punah seperti mosasaurus dan plesiosaurus. Para peneliti membandingkan penampang tulang hewan ini dengan penampang tulang Spinosaurus dan kerabatnya Baryonyx dan Suchomimus.
Para ilmuwan menemukan hubungan yang jelas antara kepadatan tulang dan perilaku mencari makan di air: hewan yang menenggelamkan diri di bawah air untuk mencari makanan memiliki tulang yang hampir seluruhnya padat, sedangkan penampang tulang penghuni darat lebih mirip donat, dengan pusat berongga.