Perang Mithradates melawan Romawi berlangsung selama empat dekade, melanda tiga benua.
Baca Juga: Eksekusi Sadis dan Kematian Mengerikan Tahanan Romawi di Koloseum
Baca Juga: Prajurit Celtic yang Tak Takut Mati, Berperang dengan Telanjang
Baca Juga: Amanirenas: Ratu Nubia yang Berani Melawan Serangan Pasukan Romawi
Pada akhirnya, Roma menang dan Raja Mithradates VI kehilangan kerajaan dan hidupnya. Meski dikalahkan, ia mendorong Republik Romawi, yang sudah terhuyung-huyung dari pemberontakan budak dan kekerasan dalam rumah tangga, ke jurang kehancuran.
Machiavelli memuji kejeniusan militernya. Bangsawan Eropa mencari ramuan rahasianya melawan racun. Hidupnya mengilhami opera pertama Mozart. Selama berabad-abad penyair dan pemain drama membacakan kisah berdarah dan romantis tentang kemenangan, kekalahan, intrik, selir, dan kematian misteriusnya.
Ketika Raja Mithradates VI melihat semua yang dia perjuangkan telah hilang, dia mundur karena malu ke benteng di Panticapaeum. Di tempat itu, ia dikelilingi oleh musuh-musuhnya yang berusaha menggulingkannya.
Tanpa jalan keluar, musuh paling dicari oleh Romawi itu merasa hidupnya sudah berakhir. Ia memutuskan untuk menempuh jalan keluar paling mulia: bunuh diri.
Namun, bertahun-tahun memperkuat sistem kekebalannya terhadap racun menjadi musuh terbesarnya di saat-saat terakhirnya. Raja yang kalah itu menenggak racun untuk mengakhiri hidupnya. Sayangnya tidak berhasil.
Ia kemudian memerintahkan seorang tentara bayaran untuk menghabisinya dengan pedang. Dengan ini, Mithridates melakukan bunuh diri dan mengakhiri Kerajaan Pontus yang agung.