Nationalgeographic.co.id - Meski banyak sejarawan yang menilai Kekaisaran Romawi terpecah menjadi dua bagian antara barat dan timur, tampaknya pandangan itu tidak sama dengan masyarakat Romawi pada masanya. Keduanya, justru saling menopang Romawi yang kekuasaannya begitu luas.
Namun, tengoklah pada abad kelima Masehi. Digadangkan periode ini adalah akhir dari Romawi di barat yang beribu kota Roma. Kisahnya disebutkan sebagai kejatuhan Romawi sebelum kendali kekuatan tunggalnya tersisa di Konstantinopel.
Pada babak kisah jatuhnya Kekaisaran Romawi di Barat bermula dari wafatnya kaisar Anthemius di tahun 472 M. Dalam sistem pemerintahan Romawi yang kini terbagi dua bagian, penunjukkan kaisar dilakukan atas penunjukkan dari kaisar timur. Sebelumnya, Anthemius ditunjuk pada 467 M oleh kaisar timur Leo I.
Sementara, seorang jenderal hebat di Dalmatia (kini Albania, Kroasia, Bosnia, dan Herzegovina), Marcellinus mangkat dan digantikan oleh keponakannya Julius Nepos di tahun 468 M. Nepos punya hubungan kerabat dengan Leo I dengan menikahi keponakan perempuannya.
Untuk mengisi jabatan kaisar yang kosong, Olybrius penguasa yang sebenarnya didukung oleh jenderal Romawi keturunan Jermanik Flavius Ricimer, tetapi kekuasaannya hanya empat bulan di tahun 472 M karena meninggal.
Kemudian Olybrius digantikan oleh Glycerius. Keduanya tidak diakui oleh Leo sebagai kaisar di barat. Leo justru memilih Julius Nepos untuk duduk di takhta tertinggi Roma, dan memberikan dukungan untuk merampas kekuasaan.
Baca Juga: Kekaisaran yang Makin Besar, Inikah Penyebab Kejatuhan Romawi Kuno?
Baca Juga: Mengapa Penis Sering Muncul dalam Seni Yunani Kuno dan Romawi Kuno?
Baca Juga: Wanita-Wanita Tangguh dalam Pertarungan Brutal Gladiator Romawi
Glycerius langsung menyerah setelah Nepos di tahun 474 M mendapat dukungan rakyat ketika kembali dari Konstantinopel. Hal itu disebabkan pendukung utamanya, Gundobad menyerah tanpa perlawanan.
Walau demikian, Glycerius diangkat menjadi uskup di Salonae untuk menghiburnya atas kehilangan takhta. Kabar itu tercatat dalam naskah pendek tentang kekuasaan Romawi di abad ke-5, Anonymus Valesianus:
"Oleh karena itu, atas perintah kaisar Zeno, bangsawan Nepos, yang tiba dari Konstantinopel di pelabuhan kota Roma, menggulingkan Glycerius dari jabatan kaisar dan mengangkatnya menjadi uskup, dan Nepos diangkat menjadi kaisar di Roma."
Berkat keberhasilan Nepos, Dalmatia menjadi bagian kekuasaan Romawi Barat. Akan tetapi masalahnya, Romawi harus kehilangan kendali atas Galia (Prancis), sebab Euric raja Visigoth mendeklarasikan kemerdekaannya dari Romawi yang mengikuti Geiseric dan Vandal yang telah merdeka terlebih dulu.
Dalam konflik Galia, Nepos tidak mengirim pasukan apa pun. Visigoth akhirnya diakui berdaulat di sebagian besar Galia dan sebagian besar Spanyol di tahun 475 M.
Sejarawan Ralph W. Mathisen dari University of South Carolina di Roman Emperors menilai, tahun 475 M adalah penanda "kekaisaran Romawi barat berada di atas kakinya sendiri untuk terakhir kalinya. Kepemilikan geografisnya telah menyusut ke Italia dan beberapa negeri di selatan Galia."
Di tahun itu pula Nepos menggantikan Gaul Ecdicius seorang pimpinan militer dengan Orestes. Kondisi Romawi barat yang tidak baik, membuat Orestes justru mengangkat putranya, Romulus Augustulus sebagai kaisar.
Baca Juga: Mengulik Perjudian di Zaman Yunani Kuno, Romawi, dan Tiongkok Kuno
Baca Juga: Eksekusi Sadis dan Kematian Mengerikan Tahanan Romawi di Koloseum
Baca Juga: Berbagai Ajang Menantang Romawi Dipertunjukkan di Circus Maximus
"Ketika dia mengetahui hal ini, Nepos melarikan diri ke Dalmatia," tulis narasi di Anonymus Valesianus. Pada saat itu, Nepos kabur dari Roma dan Orestes memburunya dengan kekuatan militer. Nepos hanya bisa pasrah dan melarikan diri ke kampung halamannya di Dalmatia.
Singkatnya, Romawi memang masih dipimpin oleh Nepos walau berada di dalam pengasingan berdasarkan pengakuan timur. Awalnya, Orestes yang ingin menjadi kaisar, tetapi karena ditangguhkan selama dua bulan untuk keputusan dari timur, ia lebih menunjuk putranya yang masih muda itu selama Nepos melarikan diri.
"Masalah paling serius yang dihadapi pemerintah baru adalah bagaimana mengelola beragam pasukan barbar yang diduga berada di bawah komandonya," terang Mathisen.
"Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan membayar mereka. Solidi emas Romulus dikeluarkan di Roma, Milan, dan mungkin Ravenna. Dan satu masalah yang dihadapi para pengerajin adalah memasukan seluruh nama 'Romulus Augustus' dalam koin." Namun belum pernah ada koin Romawi yang mencetak nama itu.
Masalah militer meningkat setahun setelahnya ketika para prajurit mengajukan tuntutan untuk hibah tanah yang ditolak Orestes. Akibatnya, para prajurit mengalihkan dukungannya untuk Odovacar, kepala suku Jermanik yang mengabulkan permintaan mereka. Akibatnya, perlawanan terjadi pada 23 Agustus untuk melawan Orestes dan terbunuh.
Ravenna diduki Odovacar dan membuat Romulus Augustulus yang masih muda itu diturunkan dari takhta, tetapi tidak dibunuh karena rasa iba dan usianya. Anonymus Valesianus melaporkan, Romulus diasingkan di kastil Lucullan di Campania (bagian selatan Italia).
Kabar ini sampai terdengar ke kaisar Zeno di Romawi timur. Namun, kondisi di barat tidak bisa terkendalikan dan Nepos yang masih hidup tidak pernah bisa kembali duduk di takhta Roma setelah Odovacar menguasai Italia. Keagungan Romawi barat seketika jatuh, dan Eropa memasuki babak peradaban baru: abad pertengahan yang gelap.