Ketakutan Membabi Buta pada Penyihir Bunuh Ribuan Orang Tak Bersalah

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 14 Mei 2022 | 14:00 WIB
Ketika sains terus berkembang dan takhayul menghilang, mungkin ketakutan akan penyihir baru bisa benar-benar hilang. (Tompkins Harrison Matteson/Peabody Essex Museum)

Nationalgeographic.co.id - Pengadilan penyihir di masa lampau menyebabkan penyiksaan dan kematian ribuan orang. Beberapa pengadilan penyihir paling terkenal terjadi di Prancis abad ke-15, Skotlandia abad ke-16, dan Massachusetts abad ke-17.

Di pengadilan itu, banyak korban yang dituduh sebagai penyihir. Mereka disiksa dan kemudian dibunuh. “Sebuah sejarah yang menarik sekaligus mengerikan,” ungkap Daniel S. Levy kepada National Geographic.

Tabib dan penyihir di zaman kuno

Gagasan tentang sihir berasal dari zaman kuno. Abad ke-18 Sebelum Masehi, Kode Hammurabi berisi hukuman untuk sihir. Umumnya ada penyihir baik dan jahat. Mereka mempraktikkan apa yang disebut sihir putih untuk membantu orang atau sihir hitam yang digunakan untuk menyakiti.

Seringkali praktisinya adalah wanita, yang akan dipanggil untuk menyembuhkan penyakit, membantu kelahiran, dan menemukan barang hilang. Namun, mereka juga sering kali disalahkan untuk hal-hal buruk yang terjadi. Seperti sakit dan kematian, badai dan gempa bumi, atau kekeringan dan banjir.

Beberapa pemegang kekuatan seperti itu bahkan disembah sebagai dewa, seperti di Yunani kuno. Sebagai dewi sihir dan mantra utama Yunani, Hecate memiliki kendali atas bumi, langit, dan lautan.

Meski beberapa penyihir melakukan hal yang baik, mereka dianggap mengucapkan mantra jahat, mengubah bentuk, dan memutarbalikkan hukum surga. Ini semua menimbulkan ketakutan di antara orang-orang.

Penyihir di Abad Pertengahan

Hal-hal tidak menjadi lebih mudah bagi para penyihir di Abad Pertengahan. Black death di Eropa menimbulkan kehancuran dan perang agama. Ini semua membuat orang percaya pada kekuatan jahat yang tidak wajar berperan menghancurkan masyarakat. “Penyihir dan manusia serigala dicurigai sebagai penyebab semua kekacauan ini,” tambah Levy.

Penyihir menjadi kambing hitam yang mudah bagi banyak tokoh agama. Pihak berwenang mengumpulkan warga untuk menemukan yang bersalah. Tuduhan sihir muncul dari peristiwa duniawi seperti argumen dan keluhan kecil. Akhirnya, penyiksaan pada penyihir pun dilakukan demi mendapatkan pengakuan dari masyarakat

Setelah penyiksaan dilakukan, pihak berwenang memaksa mereka untuk menyebutkan nama orang lain. Kemudian semua digantung atau dibakar di tiang pancang.

Joan of Arc, seorang gadis petani yang tinggal di Prancis abad pertengahan selama Perang Seratus Tahun, mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk melawan Inggris. Berpakaian sebagai seorang pejuang, ia membantu membebaskan kota Orleans, memperkuat moral pasukan Prancis.

Inggris kemudian menangkapnya atas tuduhan melakukan sihir dan membakarnya di tiang pada tahun 1431.

Ilmu sihir di Inggris

Tahun 1536 Anne Boleyn, istri Henry VIII, diputuskan bersalah atas perzinahan dan pengkhianatan, Anne dipenggal di Menara London. Seakan masih belum puas, Anne dituduh sebagai penyihir berjari 11 setelah eksekusinya. Tuduhan terus berlanjut meskipun ketika jenazahnya digali pada abad ke-19, jumlah jarinya normal seperti kebanyakan orang. Setelah kematian Anne, Henry VIII menciptakan Undang-Undang Sihir tahun 1542, hukum pertama Inggris yang melarang ilmu hitam.

Tahun 1563 di Skotlandia, sihir menjadi kejahatan yang layak diganjar hukuman mati. Beberapa dekade setelah berlalu, Raja James VI dari Skotlandia membawa kematian besar ke Kepulauan Inggris pada tahun 1590-an. Obsesinya terhadap ilmu hitam membuatnya memulai salah satu perburuan penyihir terburuk di Eropa.

Ketika mempelai wanitanya, Putri Anne dari Denmark, berlayar ke Skotlandia untuk menikahi James, badai menghantam kapalnya. Raja menyalahkan para penyihir dan menangkapi orang-orang di Berwick Utara, Skotlandia. Lagi-lagi para penyidik menggunakan kesempatan ini untuk ‘mencari muka.’

 Baca Juga: Bukan Ilmu Hitam, Voodoo Adalah Kepercayaan Asal Afrika Barat

 Baca Juga: Penyihir di Papua Nugini, Perburuan Mematikan yang Bertahan Hidup

 Baca Juga: Gambar Cadas Paleolitik: Lukisan Gua tentang Sihir dan Perdukunan

Di antara orang-orang malang yang ditangkap adalah bidan Agnes Sampson. Para penyidik memasukkan garpu tajam ke mulutnya dan memaksanya mengaku karena mencoba membunuh raja. Sekitar 70 orang disiksa dengan kejam pada saat yang sama.

Di Amerika Utara, koloni Inggris juga mengadakan pengadilan sihirnya sendiri. Yang paling terkenal adalah di Salem, Massachusetts. Pada tahun 1692 beberapa gadis di sana mengalami serangan kekerasan. Dokter setempat mendiagnosis sihir dan mereka dibawa ke pengadilan.

Ini pun diikuti dengan rasa curiga, marah, dan tuduhan membabi buta pada banyak gadis. Sedikitnya 150 orang dituduh sebagai penyihir, termasuk gadis kecil yang masih berusia 4 tahun, dan mendapatkan hukuman.

Banyak yang dipaksa membayar denda dan membuat permintaan maaf di depan umum, sementara beberapa dipenjara selama berbulan-bulan dan disiksa. Sembilan belas akhirnya digantung dan satu lagi disiksa sampai mati. Pengadilan Umum Massachusetts kemudian membatalkan putusan bersalah. Sayangnya itu tidak banyak meredakan keluarga yang terkena dampak, kebencian serta kepahitan bertahan selama berabad-abad.

Cobaan berkurang

Pengadilan sihir di kedua sisi Atlantik mulai surut sebagian besar setelah abad ke-18. Namun pengadilan penyihir Salem kedua terjadi hingga 14 Mei 1878. Saat itu seorang ilmuwan Kristen dituduh melakukan hipnotisme.

Tidak semua penyihir adalah wanita. Seorang pengikut Mary Baker Eddy dari ilmuwan Kristen, Daniel Spofford membantu menyembuhkan seorang cacat berusia 50 tahun, Lucretia Brown. Tulang punggung Brown terluka saat ia masih kecil.

Pada awalnya Brown mengeklaim pengetahuan ilmuwan Kristen telah menyembuhkannya. Namun ketika kambuh, dia menuduh Spofford menggunakan ‘mesmerisme’ atau hipnotisme, untuk memengaruhi kesehatannya secara negatif. Pengadilan tersebut menjadi pengadilan sihir terakhir Salem, yang berlangsung pada 14 Mei 1878, hampir dua abad setelah histeria sihir yang asli.

Levy mengungkapkan, “Kepercayaan pada ilmu sihir tetap ada bahkan hingga abad ke-20.” Selama Perang Dunia II, New Forest Coven, sekelompok penyihir yang diduga berkumpul di Highcliffe-by-the-Sea, Inggris, untuk membacakan mantra pada Adolf Hitler pada 1 Agustus 1940. Tujuan kelompok itu adalah mengucapkan mantra untuk melindungi Kepulauan Inggris dari invasi Nazi. Ritual ini dikenal sebagai Operasi Kerucut Kekuasaan.

Di seluruh dunia saat ini, ketakutan tentang sihir dan kekuatan gaib belum sepenuhnya hilang. Di Amerika Serikat, "Kepanikan Setan" tahun 1980-an dan 90-an membangkitkan teori konspirasi tak berdasar. Juga tuduhan penyalahgunaan ritual ilmu hitam di seluruh negeri saat itu.

Pada awal 2000-an, ketakutan akan sihir memicu kekerasan dan kematian di negara-negara seperti Papua Nugini dan Nigeria.

Ketika sains terus berkembang dan takhayul menghilang, mungkin ketakutan akan penyihir baru bisa benar-benar hilang.