Kenduri Sko, Ketika Kerinci Memandikan Naskah Melayu Tertua di Dunia

By National Geographic Indonesia, Selasa, 17 Mei 2022 | 16:44 WIB
Kehidupan warga yang tinggal di sekitar Danau Kerinci, Jambi. (Feri Latief/National Geographic Indonesia)

Baca Juga: Annabel Gallop: Butuh Langkah Baru untuk Menjaga Surat Piagam Jambi

 Baca Juga: Bukti Kapal Nusantara Sudah Jelajahi Dunia Sebelum Kedatangan Eropa

 Baca Juga: Suku Anak Dalam Batin Sembilan: Lebih Terbuka dan Memiliki Harapan

   

Temuan-temuan di Kerinci berusia tua. Artinya sudah banyak kontak terjadi dengan dunia luar. Ditemuka tinggalan-tinggalan lain, guci-guci isinya tulang belulang itu juga dari era megalitik. Juga ditemukan arca-arca kuno dari era klasik terpencar di beberapa tempat di Kerinci.

“Walau sulit dijangkau, ternyata ada kampung lama yang berusia ribuan tahun," kata Junus. "Orang membangun pemukiman dan peradaban di sini berlanjut sampai dengan masa Islam."

Pada masa Islam masuk Nusantara, kita melihat ada perubahan rumah-rumah yang dari kayu yang tadinya sederhana menjadi rumah panggung.

“Di bawah rumah-rumah panggung ini kami menemukan banyak sekali guci-guci masa prasejarah. Kelihatannya, pemukiman yang lama di Kerinci ini tetap dipergunakan oleh pemukiman yang lebih muda. Dan di sini pula kita menemukan naskah-naskah kuno,” cerita Junus.

Guci tempat menyimpan Kitab Hukum Melayu Kuno dibuka dipimpiun oleh Depati Talam Tuo. (Feri Latief/National Geographic Indonesia)

Naskah-naskah kuno itu ada beberapa yang menggunakan aksara kuno berusia kurang lebih 600 tahun lalu dari era kerajaan melayu kuno saat Adhityawarman berkuasa pada abad ke-14.

Pertanyaannya mengapa masyarakat Kerinci mampu bertahan selama ratusan tahun, bahkan ribuan tahun, di pedalaman Sumatra?

“Tanahnya subur, ini menjadi salah satu alasan kenapa tinggal di sini. Kerinci adalah salah satu daerah penghasil padi yang sangat baik," kata Junus. "Ini yang menyebabkan mereka mampu membangun pemukiman dan peradaban selama ribuan tahun tanpa berpinda tempat.”