Kisah di Balik Ekspedisi Magellan Mencari Jalur Rempah yang Baru

By Sysilia Tanhati, Kamis, 2 Juni 2022 | 06:58 WIB
Rencananya ditolak oleh raja Portugis, ia pun meninggalkan kesetiaannya. (Wikipedia)

Setelah cuaca musim dingin memaksa kapalnya untuk menunggu selama berbulan-bulan, kru Magellan memberontak. Ini menyebabkan satu kapal karam dan anak buahnya kembali ke Spanyol. Sebagai kapten, ia berusaha untuk mendapatkan kembali anak buahnya, namun bukan untuk melanjutkan perjalanannya. Dia memerintahkan beberapa pemberontak dipenggal dan dipotong jadi empat. Lainnya dibiarkan terdampar atau dipaksa bekerja keras.

Pelayaran kembali ke jalurnya dan Magellan berhasil menavigasi bagian berbahaya yang kemudian dinamai untuk menghormatinya—Selat Magellan. Tapi masalahnya belum selesai. Saat kru ditempa melintasi Samudra Pasifik, makanan rusak dan penyakit kudis dan kelaparan melanda. Magellan dan anak buahnya sempat mendarat di tempat yang kemungkinan besar adalah Guam. Di sana mereka membunuh penduduk asli dan membakar rumahnya sebagai tanggapan atas pencurian perahu kecil.

Sebulan kemudian, ekspedisi mencapai Filipina. Yang mengejutkan para kru, Enrique dapat memahami dan berbicara bahasa penduduk asli. Ia adalah seorang pria budak yang dibeli Magellan sebelum perjalanan. Kemungkinan besar ia dibesarkan di sana sebelum perbudakan. “Fakta ini menjadikan Enrique, bukan Magellan, sebagai orang pertama yang mengelilingi dunia,” ungkap Blakemore.

Magellan dengan cepat mengeklaim Filipina atas nama Spanyol, namun ia melangkah ke awal kehancurannya. “Alih-alih dikalahkan oleh kekuatan alam, Magellan terjun dalam perang yang tidak perlu dilakukannya,” kata Bergreen.

Di Filipina, ia menuntut agar orang-orang Mactan setempat untuk menganut agama Katolik. Ia pun terlibat dalam persaingan antara Humabon dan Lapu-Lapu, dua kepala suku setempat. Pada tanggal 27 April 1521, sang kapten terbunuh oleh panah beracun saat menyerang orang-orang Lapu-Lapu.

“Mereka segera menyerbunya dengan tombak besi dan bambu,” tulis Antonio Pigafetta, seorang cendekiawan Italia yang ikut dalam perjalanan itu. “Mereka membunuh cermin, cahaya, kenyamanan, dan pemandu sejati kita,” Pigafetta mengungkapkan.

Tubuhnya ditinggalkan. Bisa jadi ini merupakan indikasi mengenai perasaan kru terhadap kaptennya.

Perjalanan dilanjutkan oleh kapten baru

Setelah kematian Magellan, krunya melanjutkan perjalanannya yang dikepalai oleh Juan Sebastian Elcano, seorang Basque. Mereka kembali ke Spanyol pada bulan September 1522. Sepanjang perjalanan, para penjelajah ini menemukan lautan baru.  Mereka juga memetakan rute baru untuk perdagangan Eropa dan menyiapkan panggung untuk globalisme modern.

    

Baca Juga: Merapah Rempah: Selidik Tradisi Memuliakan Kunyit dan Misteri Asalnya

 Baca Juga: Melodrama Para Pionir Penjelajah Samudra di Kepulauan Rempah