Nationalgeographic.co.id - Ketika seseorang berada di jabatan eksekutif, biasanya cenderung menonjolkan sikap narsistik. Penilaian narsistik itu bisa dilihat oleh banyak orang, terutama bagi mereka yang ada di bawah jabatannya.
Banyak yang mengira, sikap narsistik seperti percaya diri, punya kecerdasan dan penilaian unggul, serta mengejar setiap peluang untuk memperkuat pandangan dirinya bisa dikagumi orang lain. Namun, tampaknya, sikap itu juga bisa menjadi penyebab hambatan penyebaran pengetahuan di dalam organisasi.
Temuan itu diungkap oleh para peneliti dari AS dan Tiongkok di Strategic Management Journal bertajuk "Upper echelons and intra-organizational learning: How executive narcissism affects knowledge transfer among business units". Makalah itu diterbitkan pada Senin, 4 April 2022.
"Banyak perusahaan besar yang digambarkan sebagai perusahaan multi-bisnis, sebuah bentuk organisasi di mana Anda punya unit induk perusahaan dan anak perusahaan," kata rekan penulis Abhinav Gupta, dikutip dari rilis University of Washington.
Dia adalah profesor manajemen di University of Washington Foster School of Business. "Logika keuangan mengapa perusahaan-perusahaan ini ada adalah agar pengetahuan dan keterampilan yang ada di satu uni dapat digunakan di unit lain."
Gupta dan rekan-rekan menjelaskan, ketika unit yang berbeda di perusahaan yang sama berbagi informasi, akan berdampak pada peningkatan kinerja dan menciptakan keunggulan kompetitif. Akan tetapi, narsistik menghambat transfer pengetahuan ini karena rasa superioritas yang membuat seseorang melebih-lebihkan nilai pengetahuan internal dan meremehkan nilai pengetahuan eksternal.
Gupta mengatakan, setiap unit perusahaan tidak bekerja satu sama lain sebanyak yang diinginkan perusahaan. Hambatan narsistik pada kepribadian pejabat eksekutif perusahaan pun jadi menghambat aliran informasi dari satu unit ke unit lainnya maupun dari perusahaan.
"Narsisme memengaruhi keinginan seseorang untuk jadi istimewa," lanjutnya. "Ini berkorelasi dengan orang-orang yang menginginkan kemuliaan untuk diri mereka sendiri."
Para peneliti melakukan survei pada unit bisnis dari sebuah perusahaan di Tiongkok yang membantu organisasi merekrut bakat dan mencari tenaga teknis. Unit-unit ini harus berbagi pengetahuan tentang membangun kumpulan bakat, mengidentifikasi keterampilan, dan membujuk prospek untuk menerima tawaran.
Para peneliti meminta tiap kepala unit untuk menilai sifat narsistik mereka di antara faktor-faktor lain, seperti kompleksitas lingkungan pasar lokal dan persaingan yang dirasakan dengan unit lain. Para deputi kemudian diminta oleh mereka untuk menilai tingkat pengetahuan yang diimpor dari unit lain.
Baca Juga: Orang Narsis Sulit Membuat Keputusan, Mengapa Begitu?
Baca Juga: Perusahaan Ini Bisa Pastikan Acaramu Bebas Hujan dengan Cara Saintifik