Nationalgeographic.co.id - Menurut sebuah studi terbaru, orang narsis kemungkinan sulit untuk mengambil keputusan berdasarkan interpretasi dan pemikiran kritis. Bahkan, ketika melakukan kesalahan, individu dengan sifat narsistik tidak mampu merefleksikan perbuatan atau jawaban mereka secara efektif.
Untuk mendapatkan hasil tersebut, para ilmuwan meneliti sifat-sifat yang berkaitan dengan narsisme, seperti impulsif dan refleksi kognitif. Mereka juga mempelajari dua tipe narsis: yakni grandiose dan vulnerable.
Narsisis grandiose memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan melihat diri mereka lebih superior dan lebih penting dari orang lain. Sebaliknya, narsisis vulnerable cenderung tidak percaya diri, introvert, dan defensif. Namun, bagaimana pun juga, keduanya sama-sama hanya fokus kepada diri sendiri dan impulsif.
Baca Juga: Trauma Pascakecelakaan Lalu Lintas, Ini yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasinya
Menurut studi yang dipublikasikan pada jurnal Thinking dan Reasoning, orang-orang narsis sering berpikir bahwa mereka memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Menganggap dirinya sebagai pemikir kritis bahkan ketika mereka salah saat menyampaikan pendapat.
Dalam tiga studi berbeda, para peneliti menilai kinerja 100 warga AS yang berpartisipasi pada Cognitive Reflection Test. "Kami menemukan bahwa narsisis grandiose dan vulnerable diasosiasikan secara negatif dengan proses berpikir reflektif," kata Jonathan Fugelsang, wakil pemimpin penelitian ini.
Narsisis grandiose diketahui memiliki kepercayaan diri yang berlebihan terhadap kemampuan intelektual mereka. Orang narsis dengan tipe ini sulit menyadari kesalahannya dan cenderung menolak umpan balik korektif.
Sementara itu, narsisis vulnerable masih berusaha reflektif tetapi ternyata sulit melakukannya. Meskipun kerap melakukan refleksi diri, orang-orang dengan narsisis vulnerable kurang bisa bergantung pada pemikiran intuitif ketika membuat keputusan. Mereka justru diasosiasikan dengan refleksi diri yang negatif: meragukan kemampuan diri sendiri dan akhirnya mengandalkan 'naluri'.
Baca Juga: Mengapa Beberapa Orang Lebih Senang Baca Buku Fisik Dibanding E-Book?
Hasil penemuan ini menegaskan bahwa orang-orang yang kesulitan melakukan refleksi kognitif, kemungkinan akan mengidap perilaku narsistik–bukan sebaliknya.
Mengidentifikasi hubungan antara narsisme dan proses berpikir reflektif mungkin memiliki implikasi untuk pertanyaan sosial yang lebih luas, terutama ketika menyangkut mereka yang berkuasa. Sifat narsis dapat membahayakan orang-orang di sekitarnya, bahkan beberapa ahli mengklaim bahwa gangguan ini telah menjadi epidemi modern.
Narsisme menyerang sekitar 1% populasi dan dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR