Nationalgeographic.co.id - Trauma setelah mengalami kecelakaan lalu lintas sangatlah wajar terjadi, bahkan berpotensi mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD).
Sebuah riset menunjukkan, sekitar 9 persen populasi umum yang mengalami kecelakaan mobil menderita PTSD. Angka tersebut lebih tinggi secara signifikan pada orang-orang yang sebelumnya pernah mengalami kecelakaan mobil dan menjalani perawatan kesehatan mental. Sebanyak 60 persennya didiagnosa PTSD.
Beberapa faktor risiko meningkatkan perkembangan PTSD, di antaranya:
Baca Juga: Buta Total Akibat Hantaman Serangan Udara Perang Saudara di Suriah, Bocah Ini Tetap Riang dan Ceria
Studi tentang korban kecelakaan lalu lintas melukiskan gambaran serupa dalam beberapa hal. Namun, studi tersebut belum menemukan pengaruh karakteristik spesifik dari kecelakaan mobil, misalnya, seberapa parah atau apakah pengemudi atau penumpang terluka, terhadap perkembangan PTSD.
Sebaliknya, ada lebih banyak dukungan terhadap bagaimana seseorang menanggapi atau merasakan kecelakaan itu. Sebagai contoh, sebuah studi menemukan, persepsi bahwa hidup kita dalam bahaya adalah faktor prediksi terkuat untuk PTSD enam bulan setelah trauma.
Studi lain menemukan perilaku menghindar dan menyembunyikan pikiran tentang kecelakaan mobil, merenungkan peristiwa traumatis dan pemisahan diri paling kuat terkait dengan gejala PTSD dua hingga enam bulan setelah kecelakaan.
Persepsi yang kuat bahwa hidup kita dalam bahaya selama kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan perilaku menghindar. Misalnya, menghindari naik mobil atau pergi ke jalan raya. Perilaku tersebut dapat meningkatkan kemungkinan PTSD.
Penghindaran juga memperkuat keyakinan bahwa mengemudi itu berbahaya. Pola pikir inilah yang membuat rasa takut tersebut bertahan dalam diri. Menghindari pikiran dan emosi dapat mengganggu proses emosi kita secara sehat, yang juga dapat meningkatkan risiko PTSD.
Dampak
Kecelakaan lalu lintas adalah peristiwa yang mengerikan, sehingga PTSD bisa terjadi pada korbannya. Beberapa dampak lainnya meliputi:
Yang harus dilakukan
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR