Karya Sastra Kasih Tak Sampai Berlatar Pabrik Tegel di Tepian Jalan Raya Pos

By National Geographic Indonesia, Senin, 6 Juni 2022 | 11:00 WIB
Kapitan Lasem Lie Thiam Kie, yang juga pemilik Tegel Fabriek LZ di Lasem. Bisnisnya pernah sohor pada awal abad ke-20. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Oleh Ady Setyawan—Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos

     

Nationalgeographic.co.id—Kami memasuki hari ke delapan ketika Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos sampai di kota Lasem. Jarak antara Alun-alun Juwana sampai Alun-alun Lasem terbentang 35 kilometer. Kami menyusurinya berkawan kemacetan dan iringan truk besar yang mengempaskan debu jalanan. Sepanjang perjalanan itu kami melaju dengan waspada karena kerap menjumpai aspal yang sudah terkelupas dan jalan yang bergelombang.

Ketika kami tiba di Lasem, kawasan alun-alun dan ruas jalan yang menjadi salah satu akses masuk ke pecinan Lasem sedang bersolek. Tumpukan material dan galian, serta tiang-tiang lampu bergaya Eropa tampak baru terpasang.

Kami tiba di penginapan Wisma Pamilie pukul 20.00 WIB. Dahulu, penginapan ini merupakan kediaman keluarga Oei yang dibangun pada 1818. Kami bermalam di sebuah kamar dengan dua ranjang besi kuno. Tarifnya mudah, 200 ribuan. Sungguh tempat menginap yang sungguh berkesan.

Salah satu tujuan kami di kota ini adalah singgah di rumah pabrik tegel tertua di Lasem. Saya menghubungi Akrom Yuwafvi, seorang seniman visual. Sebelumnya kami hanya berjumpa di media sosial. Usai sarapan, Akrom muncul bersama seorang kawannya yang berdarah peranakan bernama Mohammad Al Mahdi. Keduanya siap mengantarkan kami.

Kompleks pabrik tegel itu menempati sebuah rumah akhir abad ke-19 yang memiliki pekarangan luas. Kompleks itu terdiri atas rumah utama dan bangunan-bangunan bengkel kerja. Beberapa rumah yang tampaknya dibangun semasa, yang mengisi pekarangan di dalamnya.

Pohon-pohon besar tumbuh begitu rindang, membuat suasana semakin asri dan segar. Seorang pekerja datang dengan mengendarai sepeda angin dan menyapa kami dengan ramah. 

Deretan tegel terpajang di pintu masuk, itulah katalog produk, mereka tidak menyediakannya dalam bentuk buku. Kita bisa mengamati warna, meraba, dan memilih corak tegel yang dikehendaki.

Pabrik ini berdiri pada 1910. Pemiliknya, seorang Kapiten Cina bernama Lie Thiam Kwie. Dia bukan hanya seorang pengusaha tetapi juga pejabat senior Anggota Perkumpulan Tionghoa Rembang. Inisial “LZ” yang melekat pada produk berasal dari mesin pencetak tegel yang didatangkan dari kota Leipzig, Jerman. 

Akrom pernah menggubah karya roman fiksi tentang kisah cinta berlatar pabrik tegel ini. Judulnya, Tomo & Yu Lie, Liefde Groeit in de Tegel Fabriek.

Semua tokoh dan adegan dalam kisahnya merupakan rekaan—meski menampilkan sosok Kapitan Lie Thiam Kwie. Namun, ada moral cerita yang menarik tentang kisah yang pertama kali tampil di Pameran Cerita Nyah Lasem pada November 2021.