Karya Sastra Kasih Tak Sampai Berlatar Pabrik Tegel di Tepian Jalan Raya Pos

By National Geographic Indonesia, Senin, 6 Juni 2022 | 11:00 WIB
Kapitan Lasem Lie Thiam Kie, yang juga pemilik Tegel Fabriek LZ di Lasem. Bisnisnya pernah sohor pada awal abad ke-20. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

    

Usai mendengar kabar itu, Yu Lie menuju Lasem untuk berziarah di makam Sartotomo. Perempuan itu berjumpa dengan adik Sartotomo yang memberikan sepucuk surat dan sebuah bungkusan. 

Dia membuka surat itu dan membaca tulisan tangan Sartotomo. Akrom menuliskan kisahnya dengan dramatis:

"Yu Lie kekasihku, di kehidupan selanjutnya aku akan sangat berani mencari dan memperjuangkanmu, tak usah sesali yang terjadi, maafkan semua kesalahanku, aku merasa sudah tiba waktuku. Tolong terima tegel ini sebagai kenangan, tak usah tangisi kepergianku, menari dan bersuka citalah karena aku menuju keabadian. Menuju masa depan yang bersemangat menemukanmu kembali di kehidupan selanjutnya. Sampai jumpa."

Sambil menangis ia membuka bungkusan lainnya. Bungkusan itu berisi tegel dengan lukisan dirinya yang bersanding dengan Sartotomo. Yu Lie memang gagal menjaga janjinya, tetapi ia tak pernah gagal menjaga surat terakhir Sartotomo, sekeping tegel dan buku hariannya. 

Demikianlah kisah roman fiksi bergaya novel karya Akrom. Kendati tidak sungguh terjadi, kisah ini memiliki moral cerita tentang dua insan dalam latar sosial yang berbeda di kehidupan-kehidupan silam, juga soal makna kesetiaan. Moral cerita lainnya yang ingin disampaikan Akrom adalah seni desain corak tegel Lasem yang pupus.

Akrom pernah berkata melalui akun media sosialnya, "Alasan saya berkarya dan mengangkat tema berlatar tegel ini, tak lain karena kecintaan saya terhadap motif dan corak tegel yang sarat akan filosofi." Kemudian dia menambahkan, "Tak hanya itu tegel juga lebih bertahan lama dibandingkan keramik, dapat menyerap air, lebih mengkilat jika semakin lama digunakan serta lantai akan terasa dingin meskipun di luar terik matahari begitu menyengat."

Dia menceritakan juga bahwa kini pabrik sang Kapitan hanya memproduksi tegel polos dan bercorak sederhana—berbeda dengan zaman keemasannya. Bahkan, karena menurunnya permintaan tegel-tegel serupa, pabrik juga memproduksi paving block demi bertahan hidup.  

Pada 25 Mei 2022, Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos bermula. Perjalanan dengan dua jentera ini berawal dari Anyer, menyinggahi beberapa kota dan berakhir di Panarukan. Perhelatan ini merupakan program #SayaPejalanBijak yang menggandeng Intisari dan National Geographic Indonesia, serta didukung oleh Royal Enfield. Simak jurnal hariannya di akun Instagram @SayaPejalanBijak dan @IntisariOnline.

      

—Kisah ini telah disunting dengan menambahkan narasi demi kejelasan maksud pada 8 Juni 2022.