Akrom melanjutkan ceritanya. Suatu ketika di Surabaya digelar pameran desain corak tegel se-Hindia Belanda. Setiap kota hadir dengan memamerkan hasil karya di anjungan masing-masing.
Perhatian Yu Lie tersita kepada satu anjungan yang selalu tampak ramai. Betapa terkejutnya ketika dia menyaksikan Sartotomo sedang serius memberikan penjelasan kepada para pengunjung di anjungan pabrik tegel LZ dari Lasem.
Dia segera menghindar karena tidak siap bertemu Sartotomo. Dia telah melanggar janjinya, apa yang harus dia katakan jika sungguh bertatap muka dengan lelaki itu?
Upaya menghindar yang sia-sia. Pada puncak acara, lima pelukis desain corak tegel terbaik akan tampil memaparkan hasil karyanya. Yu Lie dan Sartotomo terpilih. Pertemuan keduanya tak terelakkan.
Yu Lie tampil lebih dahulu. Kendati di hadapannya berdiri begitu banyak manusia, perhatiannya tertuju pada Sartotomo. Pemuda Lasem itu tampak bahagia melihat pujaan hatinya. Dia mengagguk pelan dan Yu Lie membahasnya. Usai pemparan karya, Sartotomo segera menghampirinya. Kebahagiaannya segera berubah menjadi kesedihan ketika ia mendapati kenyatan bahwa Yu Lie telah menikah.
Sartotomo kembali ke Lasem. Tak berselang lama, tersiar kabar bahwa ia meninggal karena sakit setelah pulang dari Surabaya. Lelaki itu sungguh memegang janjinya untuk menjaga hati hanya untuk Yu Lie hingga akhir hayat.
Baca Juga: Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos, Mengungkap Sisi Lain Histori Kota
Baca Juga: Susuri Jalan Raya Pos, Singkap Selimut Fakta dan Fiksi Daendels
Baca Juga: Selidik Kisah dan Filosofi di Balik Corak Keindahan Batik Lasem
Baca Juga: Selisik Pesan dari Kisah Pahatan dan Mural Kuno di Cu An Kiong Lasem