Karya Sastra Kasih Tak Sampai Berlatar Pabrik Tegel di Tepian Jalan Raya Pos

By National Geographic Indonesia, Senin, 6 Juni 2022 | 11:00 WIB
Kapitan Lasem Lie Thiam Kie, yang juga pemilik Tegel Fabriek LZ di Lasem. Bisnisnya pernah sohor pada awal abad ke-20. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Akrom membuka cerita roman gubahannya kepada kami. Alkisah, seorang pemuda Lasem bernama Sartotomo yang terlahir dengan darah seni. Bukan sebuah kebetulan, kakeknya seorang seniman ukir kapal kayu dan ayahnya seorang dalang. Sartotomo pun terkenal sebagai pelukis corak tegel.

Suatu hari, sang ayah meminta Sartotomo untuk mengecat pagar dengan pola desain sehingga tampak corak dekorasinya. Setelah selesai, datanglah sang kapitan pemilik perusahaan tegel itu.

Ady Setyawan singgah di Lasem, pecinan di tepian Jalan Raya Pos. 'Jelajah Tiga Zaman Jalan Raya Pos' merupakan program #SayaPejalanBijak yang menggandeng Intisari dan National Geographic, didukung oleh Royal Enfield. (Ady Setyawan)

Sang Kapitan, dalam kisah Akrom, terkesan dengan corak pola desain karya Sartotomo di pagar itu. Kemudian dia memberikan kesempatan untuk bekerja di pabrik tegelnya.

Itulah babak pembuka kebahagiaan Sartotomo. Akhirnya, dia bekerja di pabrik tegel LZ. Ketika awal bekerja, dia dimentori oleh seorang pekerja senior bernama Darmo. Dia memperhatikan cara-cara pengolahan bahan baku, pewarnaan, pelapisan, pengoperasian mesin press sampai hasil akhir tegel. Tampaknya, semua itu bukan perkara sulit baginya.

Ragam corak dari Tegel Fabriek LZ Lasem. (Ady Setyawan)

Suatu pagi sang Kapitan memperkenalkan keponakannya dari Semarang. Seorang gadis dengan rambut berkepang dua, berbusana Eropa ala gadis-gadis Belanda. Sebagai perkenalan, kembali Darmo mengajarkan proses pembuatan tegel secara umum. Selanjutnya Sartotomo diminta untuk mengajari perempuan itu seni melukis tegel.

Chan Yu Lie adalah nama lengkapnya. Alih-alih disapa dengan sebutan “cici”, dia meminta supaya Sartotomo memanggil dengan namanya: Yu Lie. Lelaki itu tak punya pilihan lain selain menuruti.

Akrom dalam roman fiksinya berkisah bahwa hari demi hari hubungan mereka tampak semakin dekat. Singkat cerita, kedekatan Sartotomo dan Yu Lie menjadi rumor. Suatu hari datanglah utusan dari Semarang menjemput Yu Lie pulang. Sebelum menaiki dokar, yang akan membawanya ke Stasiun Lasem, perempuan itu berkata sambil berlinang air mata kepada Sartotomo untuk tetap setia.

Tampak belakang produk Tegel Fabriek 'LZ' di Lasem. Inisial yang mengacu pada kota Leipzig, asal mesin pembuat tegel. (Ady Setyawan)

Rupanya, keluarga di Semarang telah mendengar rumor itu. Akibatnya, perempuan itu tidak diperkenankan lagi singgah ke Lasem dan dilarang menghubungi lelaki itu.

Tahun berganti tahun, Yu Lie mulai melupakan Sartotomo. Kemudian keluarganya mengirim dirinya ke Surabaya. Di kota itu Yu Lie menjadi pelukis tegel terkenal. Relasinya semakin banyak. Tak lama kemudian ia pun menikah.