Secara kultur, punk membawa pengaruhnya ke seluruh dunia untuk sikap perlawanan anak muda, termasuk olahraga ekstrem papan luncur (skateboard).
"Bahkan lebih dari berselancar, karena papan luncur sedikit lebih gaduh—sedikit lebih berbahaya. Dan punk rok memiliki sedikit bahaya di baliknya. Ada banyak kesamaan yang terjadi, tetapi energi adalah yang paling penting. Energi di balik punk rok dan ketika Anda berada di papan luncur, Anda sangat mentah," kata Steve Olson, atlet papan luncur profesional di Huckmag.
Pasalnya, punk dan olahrga papan luncur mempunyai latar belakang yang sama. Persamaannya adalah, ekspresi yang dimunculkan dengan peralatan seadanya atau do-it-yourself, dan tekanan lingkungan yang memicu orang harus bergerak.
Punk dan ideologi
Pandangan anarki Sex Pistols sangat nyentrik, terlebih Inggris adalah negara monarki. Mereka membuat lagi God save the Queen yang menyebut Ratu dengan kecaman, seperti rezim fasis, dan tidak punya masa depan dan mimpi untuk Inggris.
Akibatnya, punk diidentikan dengan beberapa gerakan politik kiri, bahkan radikal. Mark Bray, seorang profesor di University of Hong Kong dalam Antifa: The Anti-Fascist Handbook mengatakan gerakan punk menumbuhkan gerakan antifasisme.
Baca Juga: Skateboarding: Rahasia di Balik Papan Luncur Jadi Budaya Anak Muda
Baca Juga: Sering Muncul dalam Demonstrasi, Apa itu Gerakan Antifasisme?
Baca Juga: Label Bimbingan Orang Tua: Keprihatinan Ibu pada Gaya Musik Rok
Baca Juga: Sejarah Dangdut, Musik Nusantara yang Tak Pernah Dilekang Waktu
Dalam the Guardian, Bray menjelaskan bahwa kelompok antifa tumbuh pada 1970-an, seiring dengan makin populernya partai politik sayap kanan.
"Punk sendiri tidak berpengaruh langsung pada bergabungnya saya dengan kelompok gerilya, tentu saja, tapi punk memang membantu memperkuat politik radikal saya," kata Brace Belden. Dia seorang pejuang di Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG).
"Berada dalam komunitas dengan tingkat kesadaran dan solidaritas tertentu di antara orang-orang sangat membantu dalam hal itu," lanjutnya di the Guardian.
Pesan-pesan politis pun masih tersiar lewat lagu punk hingga kini. Misalnya, beberapa lagu band punk Amerika Serikat Green Day yang isinya berupa kritik sosial dan pada pemerintah. Di Indonesia pun demikian, seperti apa yang dilakukan Superman is Dead lewat lagunya atas masalah yang dihadapi di negara ini.