Orang Romawi Suka Makan sambil Berbaring, Apakah Tidak Takut Tersedak?

By Sysilia Tanhati, Minggu, 31 Juli 2022 | 11:00 WIB
Mengadaptasi dari budaya Yunani, orang Romawi kuno suka makan sambil berbaring. Hanya dilakukan oleh kaum elit, kebiasaan ini menunjukkan kekuasaan. (Pierre Olivier Joseph Coomans)

Nationalgeographic.co.id - Masyarakat Romawi memiliki gaya hidup yang cukup unik dan mewah yang menonjol jika dibanding budaya lainnya. Misalnya posisi makan saat dalam perjamuan. Orang-orang di zaman modern akan duduk saat perjamuan atau bahkan ada yang makan sambil berdiri. Sedangkan orang Romawi suka makan sambil berbaring. Apakah mereka merasa nyaman dan tidak takut tersedak?

Adaptasi dari budaya Yunani kuno

Kebiasaan ini diadaptasi dari orang Yunani kuno yang sudah melakukannya sejak abad ke-7 Sebelum Masehi. Saat perjamuan makan, pria elite berbaring, bersandar di bantal, minum, mengobrol, sambil memanjakan diri.

Mereka makan sambil berbaring sambil dilayani oleh para pelayan. Itu adalah tanda kekuasaan dan kemewahan yang dinikmati oleh para elite.

Praktik berbaring sambil makan diikuti oleh orang Romawi dengan beberapa penyesuaian. “Wanita terhormat diundang untuk bergabung di perjamuan. Di sini, acara minum juga menjadi bagian dari perjamuan makan,” tutur Shelby Brown dilansir dari laman Getty.  

Mereka juga memiliki pengaturan khusus saat perjamuan. Terdapat sofa bagi pengunjung yang umumnya laki-laki. Para tamu berbaring di tiga tempat tidur besar yang ditempatkan dalam bentuk U di triclinium (ruang makan).

Berbaring di perjamuan makan menjadi praktik elite. Pasalnya, tidak semua memiliki tempat luas di rumahnya untuk meletakkan sofa atau tempat tidur besar. Jika sebelumnya perjamuan ini dianggap memalukan bagi wanita terhormat, tetapi di awal kekaisaran, wanita pun ikut serta. Catatan Isidore dari Seville dan Valerius Maximus mengungkapkan soal ini.

 Baca Juga: Tidak Higienis, Orang-orang Romawi Memutihkan Giginya dengan Urin

 Baca Juga: Dewa Anggur Dionisos, Mitologi Yunani atau Diadopsi dari Tradisi Lain?

 Baca Juga: Mengenal Mahar dan Jenis Perkawinan di Romawi Kuno, Seperti Apa?

Posisi duduk ditentukan untuk tuan rumah, tamu yang disukai, dan tamu yang kurang disukai. Penyair Romawi Horace mengungkapkan bahwa status tempat duduk ini menunjukkan usaha keras tuan rumah untuk menyenangkan tamu.

Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah sofa disesuaikan untuk ukuran perjamuan yang makin besar. Jenis sofa lain, stibadium setengah lingkaran, akhirnya menggantikan tiga sofa berbentuk tempat tidur.

“Runtuhnya Kekaisaran barat dan serbuan suku barbar turut menjadi penyebab berakhirnya kebiasaan ini.

Makan sambil berbaring menunjukkan perbedaan kelas sosial di masyarakat

Alasan di balik gaya hidup ini adalah untuk menunjukkan kemewahan di depan kelompok sosial yang lebih rendah. “Berbaring sambil makan adalah sesuatu yang dilakukan sebagian besar oleh orang kaya dan berkuasa,” ungkap Andrei Tapalaga di laman History of Yesterday. Mengapa mereka melakukan itu? Ini untuk menunjukkan bahwa mereka lebih penting dan harus selalu santai tidak peduli tindakan apa yang mereka lakukan. Termasuk makan dalam kondisi santai.

Di pesta atau perjamuan, tamu akan disuguhi berbagai makanan dan minuman selama berjam-jam. Mereka menikmatiknya sambil berbaring. Satu-satunya alasan untuk bangun adalah jika mereka perlu mengosongkan perut.

Dewa-dewi kuno digambarkan dalam gaya hidup tertentu yang mirip dengan yang diikuti oleh orang Romawi. Ini mungkin menjadi alasan bagi orang Romawi agar dipandang sebagai dewa oleh bangsa lain.  

Pendapat peneliti soal kebiasaan makan sambil berbaring

Peneliti Trygve Hausken dan Jørgen Valeur memiliki penjelasan soal kebiasaan makan orang Romawi dari kalangan elite ini. “Ini ada hubungannya dengan perut bagian atas,” ungkap Hausken di laman Science Norway.

Menurut mereka, berat makanan akan menyebabkan perut terasa tidak nyaman jika diisi sampai penuh. “Kami pikir tekanan pada antrum – bagian bawah perut – berkaitan dengan ketidaknyamanan setelah makan,” kata Valeur, seorang residen senior di Rumah Sakit Lovisenberg Diakonale Oslo.

Biasanya perut bagian atas akan mengembang saat Anda makan, menyesuaikan dengan jumlah makanan. Tetapi jika Anda stres, dinding perut menjadi kaku, yang meningkatkan tekanan pada bagian bawah.

Perasaan tidak nyaman muncul ketika antrum menggelembung. Ini mungkin berlaku untuk perut yang sehat juga, misalnya ketika seseorang makan berlebihan. Di sinilah sofa bekerja. Tekanan pada antrum benar-benar berubah saat kita berbaring. Namun tidak sembarang berbaring dapat mengatasi perut yang tidak nyaman akibat kekenyangan.

Berbaring di sisi kiri

Menurut para peneliti ini, jika Anda berbaring di sisi kanan, bagian bawah perut mengembang sehingga Anda merasa kenyang. Namun jika Anda berbaring di sisi kiri, beban di antrum berkurang.

Nah, jika seseorang berbaring di sisi yang benar, maka ini dapat mengurangi ketidaknyamanan akibat makan berlebihan. “Mungkin ini yang dilakukan oleh orang Romawi kuno selama perjamuan makan,” tambah Valour.

Jika trik ini tidak berhasil, cara terakhir yang dilakukan oleh orang Romawi yang kekenyangan ini bisa dicoba: muntah.