Praktik Penggunaan 'Obat' Narkotika di Zaman Kesultanan Utsmaniyah

By Ricky Jenihansen, Minggu, 14 Agustus 2022 | 10:00 WIB
Hanbane digunakan sebagai pil atau dibakar untuk membuat asap yang dihirup (Antiller)

Nationalgeographic.co.id—Dalam sebuah penggalian di Kaman-Kalehoyuk, para ahli arkeolog di Turki telah menemukan bukti penggunaan biji henbane sebagai obat pada masa Kesultanan Utsmaniyah. Biji tersebut diketahui memiliki kegunaan terapeutik serta efek narkotika dan psikotropika.

Biji tersebut ditemukan di sebuah perapian tua di situs tersebut. Penemuan ini memberikan bukti arkeologi pertama untuk praktik fumigasi henbane di Asia.

Henbane memiliki nama botani adalah Hyoscyamus niger. Tanaman ini adalah anggota tanaman ordo Solanaceae, yang berasal dari Eurasia, tetapi sekarang didistribusikan ke seluruh dunia.

Semua spesies Hyoscyamus mengandung atropin dan skopolamin, terutama terkonsentrasi di bijinya, yang membuatnya populer dalam pengobatan berbagai penyakit. Henbane juga digunakan untuk produksi 'minuman ajaib' yang menghasilkan efek psikotropika.

"Penggunaan obat Henbane berasal dari zaman kuno,” lapor M Grieve dalam 'A Modern Herbal', seperti dikutip Ancient Origin.

"Itu dikenal oleh Orang Dahulu, terutama dipuji oleh Dioscorides pada abad pertama Masehi, yang menggunakannya untuk mendapatkan tidur dan menghilangkan rasa sakit," ia menjelaskan.

"Dan Celsus (pada periode yang sama) dan yang lainnya menggunakannya untuk tujuan yang sama, secara internal dan eksternal. Meskipun Pliny menyatakannya sebagai 'memabukkan' dan karena itu menyinggung pemahaman."

Di zaman Kesultanan atau Kekaisaran Utsmaniyah, henbane disebut beng atau benc. Biji Hanbane digunakan sebagai pil atau dibakar untuk menghasilkan asap yang kemudian dihirup. Sementara satu catatan sejarah tertanggal 1608 mengacu pada resep obat yang mengandung biji henbane, lada hitam, dan opium.

Kaman-Kalehöyük, Turki. (Commons)

Sementara dari sejumlah sumber literatur sejarah merujuk pada penggunaannya untuk tujuan pengobatan, termasuk pengobatan untuk sakit gigi, sakit telinga, iritasi mata, dan penyakit lainnya.

Namun, bukti arkeologi untuk penggunaan obat henbane di Asia tidak ada dan sampai sekarang, tidak jelas bagaimana Ottoman atau Utsmaniyah menggunakan henbane sebagai obat.

Rincian studi yang diterbitkan dalam jurnal Antiquity ini, menemukan sejumlah besar biji henbane di perapian selama penggalian Kaman-Kalehöyük. Situs tersebut merupakan gundukan pendudukan multi-periode di Anatolia tengah.

Kaman-Kalehöyük adalah gundukan pemukiman bertingkat yang terletak di Provinsi Kırşehir, sekitar 100 km (62,14 mil) tenggara Ankara. Penggalian tersebut dilakukan oleh para arkeolog dari University of Queensland di Australia dan Japanese Institute of Anatolian Archaeology.

 Baca Juga: Bahasa Persia Menghubungkan Negeri Safawi, Mughal, hingga Ottoman

 Baca Juga: Benarkah Lupa Mengunci Gerbang Jadi Penyebab Kejatuhan Konstantinopel?

 Baca Juga: Konstantinopel Berubah Jadi Istanbul Bukan Saat Direbut Sultan Ottoman

Catatan arkeologi di Kaman-Kalehöyük mencakup Zaman Perunggu, Zaman Besi, dan periode Utsmaniyah. Namun, penemuan biji henbane dikaitkan dengan fase pendudukan Utsmaniyah pada abad ke-15 hingga ke-17.

Seratus dua belas biji henbane yang hangus ditemukan di tandir Utsmaniyah atau oven tanah berventilasi, menunjukkan bahwa biji tersebut digunakan untuk pengasapan obat.

Biji henbane hangus ditemukan di perapian di Kaman-Kalehöyük. (Rohan S.H. Fenwicka dan Sachihiro Omuraa)

"Ketidakcocokan henbane sebagai makanan, pakan ternak, atau bahan bakar, ditambah dengan proporsi anomali biji henbane," tulis peneliti.

"Sangat menunjukkan suatu peristiwa konsumsi biji henbane yang disengaja di Kaman-Kalehöyük periode Utsmaniyah."

Selain itu, para arkeolog juga menemukan jejak kotoran ternak. Itu menunjukkan bahwa ini digunakan sebagai bahan bakar untuk membakar henbane.

Sumber sejarah menunjukkan bahwa fumigasi henbane digunakan untuk mengobati masalah gigi, terutama menghilangkan sakit gigi.

"Namun seseorang harus mengasapi mulut yang terbuka dengan biji henbane yang ditaburkan di atas bara, langsung setelah itu membilas mulut dengan air hangat. Rasa sakit terangkat bersama dengan tar yang diendapkan oleh asap." Dijelaskan dalam Compositiones Medicamentorum (47 M) dari Scribonius Largus, tabib Kaisar Romawi Claudius.

Konsentrasi tinggi biji henbane yang hangus di perapian era Kesultanan Utsmaniyah konsisten dengan sumber-sumber sastra. Sumber itu mengacu pada fumigasi henbane sebagai pengobatan untuk sakit gigi dan penyakit lainnya, dan memberikan bukti arkeologis pertama untuk praktik tersebut di Asia.