Mengapa Berpikir Keras selama Berjam-jam Membuat Kita Lelah?

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 20 Agustus 2022 | 08:00 WIB
Duduk sambil berpikir keras selama berjam-jam membuat seseorang merasa lelah juga. (FRANCESCO CARTA FOTOGRAFO/GETTY IMAGES)

Untuk mencari bukti ini, mereka menggunakan spektroskopi resonansi magnetik (MRS) untuk memantau kimia otak selama hari kerja. Mereka mengamati dua kelompok orang, yaitu mereka yang perlu berpikir keras dan mereka yang memiliki tugas kognitif yang relatif lebih mudah.

 Baca Juga: Jangan Begadang! Pikiran Manusia Cenderung Negatif Lewat Tengah Malam

 Baca Juga: Gangguan Saraf Baru Ditemukan, Bisa Picu Gangguan Perkembangan Otak

 Baca Juga: Studi: Wanita Memiliki Lebih Banyak Perubahan Otak Setelah Menopause

Mereka melihat tanda-tanda kelelahan, termasuk berkurangnya pelebaran pupil, hanya pada kelompok yang melakukan kerja keras.

Mereka yang berada dalam kelompok itu juga menunjukkan munculnya pilihan atau opsi baru. Terjadi pergeseran ke arah opsi yang menawarkan imbalan dengan penundaan singkat dengan sedikit usaha.

Secara kritis, mereka juga memiliki tingkat glutamat yang lebih tinggi di sinapsis korteks prefrontal otak. Bersama dengan bukti sebelumnya.

Kerja kognitif intens berjam-jam berpotensi meracuni otak. (Dreamstime)

Penulis mengatakan itu mendukung gagasan bahwa akumulasi glutamat membuat aktivasi lebih lanjut dari korteks prefrontal lebih merugikan. Sehingga kontrol kognitif lebih sulit setelah hari kerja yang berat secara mental.

Jadi, adakah cara mengatasi keterbatasan kemampuan otak kita untuk berpikir keras?

"Tidak juga, saya rasa," kata Pessiglione.

"Saya akan menggunakan resep lama yang bagus: istirahat dan tidur! Ada bukti bagus bahwa glutamat dihilangkan dari sinapsis selama tidur."

Mungkin ada implikasi praktis lainnya. Misalnya, para peneliti mengatakan, pemantauan metabolit prefrontal dapat membantu mendeteksi kelelahan mental yang parah.

Kemampuan seperti itu dapat membantu menyesuaikan agenda kerja untuk menghindari kelelahan. Dia juga menyarankan orang untuk menghindari membuat keputusan penting ketika mereka lelah.

Dalam studi masa depan, mereka berharap untuk mempelajari mengapa korteks prefrontal tampaknya sangat rentan terhadap akumulasi glutamat dan kelelahan.

Mereka juga penasaran untuk mengetahui apakah penanda kelelahan yang sama di otak dapat memprediksi pemulihan dari kondisi kesehatan, seperti depresi atau kanker.