Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari tim ilmuwan Inggris, Swiss dan Italia mengevaluasi bukti apakah depresi dikaitkan dengan aktivitas serotonin. Mereka mempertanyakan penggunaan anti depresan dan teori serotonin depresi.
Selama ini, teorinya, depresi adalah akibat dari kelainan ketidakseimbangan kimia otak, khususnya serotonin. Teori ini berpengaruh selama beberapa dekade dan memberikan pembenaran penting untuk penggunaan antidepresan.
Hubungan antara penurunan serotonin dan depresi pertama kali disarankan pada 1960-an, dan dipublikasikan secara luas sejak 1990-an dengan munculnya antidepresan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI).
Meskipun baru-baru ini dipertanyakan, teori serotonin depresi tetap berpengaruh. Buku teks bahasa Inggris utama masih memberikan dukungan yang memenuhi syarat, peneliti terkemuka mendukung dan banyak penelitian empiris berdasarkan itu.
Survei menunjukkan bahwa 80 persen atau lebih dari masyarakat umum sekarang percaya bahwa depresi disebabkan oleh ketidakseimbangan kimia otak. Banyak dokter umum juga menganut pandangan ini dan situs web populer biasanya mengutip teori tersebut.
"Selalu sulit untuk membuktikan yang negatif, tetapi saya pikir kita dapat dengan aman mengatakan bahwa setelah sejumlah besar penelitian yang dilakukan selama beberapa dekade, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa depresi disebabkan oleh kelainan serotonin," kata Profesor Joanna Moncrieff dari University College London dalam rilis media.
"Terutama oleh tingkat yang lebih rendah atau berkurangnya aktivitas otak serotonin. Popularitas teori depresi 'ketidakseimbangan kimia' bertepatan dengan peningkatan besar dalam penggunaan antidepresan."
Resep untuk antidepresan telah meningkat secara dramatis sejak tahun 1990-an, dengan satu dari enam orang dewasa di Inggris dan 2 persen remaja sekarang diberi resep antidepresan pada tahun tertentu.
"Banyak orang menggunakan antidepresan karena mereka telah dituntun untuk percaya bahwa depresi mereka memiliki penyebab biokimia, tetapi penelitian baru ini menunjukkan bahwa kepercayaan ini tidak didasarkan pada bukti," kata peneliti.
Ulasan mereka, Profesor Moncrieff dan rekan bertujuan untuk menangkap semua studi relevan yang telah diterbitkan di bidang penelitian paling penting tentang serotonin dan depresi. Studi yang termasuk dalam tinjauan ini melibatkan puluhan ribu peserta.
Penelitian yang membandingkan kadar serotonin dan produk pemecahannya dalam darah atau cairan otak tidak menemukan perbedaan antara orang yang didiagnosis depresi dan peserta kontrol yang sehat.
Source | : | University College London News,Molecular Psychiatry |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR