Baca Juga: Dokter Menyarankan Pasien untuk Menghabiskan Waktu di Alam Terbuka
Studi-studi ini juga melihat efek dari peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dan menemukan bahwa ini memberikan efek yang kuat pada risiko orang menjadi depresi. Semakin banyak peristiwa kehidupan yang membuat stres yang dialami seseorang, semakin besar kemungkinan mereka mengalami depresi.
Sebuah studi awal yang terkenal menemukan hubungan antara peristiwa stres, jenis gen transporter serotonin yang dimiliki seseorang dan kemungkinan depresi. Tetapi penelitian yang lebih besar dan lebih komprehensif menunjukkan bahwa ini adalah temuan yang salah.
Temuan ini bersama-sama mengarahkan penulis untuk menyimpulkan bahwa "tidak ada dukungan untuk hipotesis bahwa depresi disebabkan oleh aktivitas atau konsentrasi serotonin yang lebih rendah," kata para peneliti.
Laporan ulasan tersebut telah diterbitkan di Molecular Psychiatry dengan judul "The serotonin theory of depression: a systematic umbrella review of the evidence."
Simak kisah-kisah selidik sains dan gemuruh penjelajahan dari penjuru dunia yang hadir setiap bulan melalui majalah National Geographic Indonesia. Cara berlangganan via bit.ly/majalahnatgeo
Source | : | University College London News,Molecular Psychiatry |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR