Pasukan Menéndez juga mengeksekusi sisa tawanan dengan memukuli mereka sampai mati menggunakan tongkat dan memotong-motong mereka dengan kapak. Jalan masuk tempat pembunuhan terjadi bernama Matanzas, kata dalam bahasa Spanyol yang bermakna "pembantaian."
Baca Juga: 'Cronica Universalis' Ungkap Benua Amerika Sebelum Penemuan Columbus
Baca Juga: Christopher Columbus, Sebuah Kesalahan Penulisan Nama dalam Sejarah
Baca Juga: 150 Tahun Sebelum Colombus, Pelaut Italia Sudah Mengetahui Amerika
Jika bukan karena badai, upaya Pedro Menéndez mungkin akan gagal, ia takkan semudah itu menaklukan orang-orang Prancis dan "Florida akan menjadi koloni Prancis," tambah Patrick J. Kiger.
Setelah pembantaian, orang Spanyol akhirnya tinggal di St. Augustine untuk mendirikan koloni permanen pertama mereka di benua Amerika, sekaligus untuk mencegah lebih banyak lagi orang Prancis yang menetap di sana.
Spanyol segera menyadari St. Agustine menawarkan pangkalan yang berharga bagi penyelamat untuk membantu kapal dagang mereka ketika mereka sedang berhadapan atau setelah dihantam oleh badai tropis.
Pangkalan St. Agustine menjadi pangkalan untuk kapal perang yang dibutuhkan untuk berburu bajak laut. Akibatnya, koloni itu disubsidi besar-besaran oleh Mahkota Kerajaan Spanyol.
St. Agustine dengan cepat menjadi pusat utama kekuatan Spanyol di Florida, yang pada gilirannya, sering menjadi sasaran serangan oleh Inggris dan musuh lainnya. Pada tahun 1586, Sir Francis Drake menyerbu dan membakar St. Augustine, tetapi penduduk Spanyol akhirnya kembali dan membangunnya kembali.
Pada tahun 1672, Spanyol mendirikan Castillo de San Marcos—benteng batu tertua di benua Amerika Serikat—yang masih berdiri tegap hari ini untuk mengawasi kota St. Agustine.