Menelisik Lewat Sains Rupa Kepulauan Asia Tenggara di Masa Purba

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 27 September 2022 | 07:00 WIB
Garis pantai Asia Tenggara dan Australia semasa periode glasial (zaman es). Pada saat inilah spesies manusia dan hewan-hewan lainnya bermigrasi mencari kehangatan di khatulistiwa. Secara geologis, ada banyak sungai purba yang kini sudah tenggelam di bawah laut. (atlas-v7x/Deviant Art)

Baca Juga: Hambatan Iklim Mempengaruhi Penyebaran DInosaurus Awal di Bumi

Baca Juga: Sering Dimanfaatkan, Sejak Kapan Manusia Mulai Beternak Ayam?

Baca Juga: Singkap Bencana, Peradaban, dan Perburuan Sains Danau Matano

Perkriraan posisi kepulauan Nusantara di muka Bumi pada 120 juta tahun silam. ( Christopher Scotese/Youtube and Quora)

Namun, meski ada pengangkatan pulau, tidak berarti itu muka sejatinya Bumi pada masa itu. Ada banyak peristiwa di luar geologis yang membuat bentuk pulau dan benua sedemikian rupa. Penjelasan itu bisa dipahami dengan tambahan paleo-klimatologi.

Setelah proses geologis itu, Asia Tenggara mulai menyerupai seperti hari ini pada 10 juta tahun lalu. Akan tetapi, sekitar sekitar 18.000 sampai 20.000 tahun silam Paparan Sunda yang menyatukan Pulau Kalimantan, Jawa, Sumatra, dan daratan Asia mulai tenggelam. Paparan Sunda ada karena air laut lebih rendah dan suhu mendingin selama periode glasial (zaman es) akibat perubahan iklim.

"Interaksi yang mesti kita perhatikan dan pahami, apa pun unsur yang ada di alam ini saling berpengaruh," kata ahli geologi senior Wahyoe Soepri Hantoro di forum yang sama. "Antara lain kalau kita bicara mengenai fluktuasi permukaan laut." Planet Bumi berevolusi dengan interaksi antara atmosfer, hidrosfer, kryosfer, biosfer, dan geosfer.

Masing-masing dari unsur itu saling mengisi satu sama lain untuk keseimbangan, dan dalam skala waktu dan ruang yang luas. Selain itu unsur atmosfer juga bisa memberikan pengaruh untuk evolusi akibat intensitas cahaya matahari, gaya pasang-surut dari bulan, atau ancaman asteroid. 

Ringkasnya, semua unsur dan kejadian ini menyebabkan tinggi dan rendahnya suhu di Bumi pada periode tertentu. Kini, mungkin pemanasan global disebabkan oleh manusia dan polusinya. Evolusi bumi juga memicu tinggi dan rendahnya permukaan air laut di dalamnya.

Paparan Sunda dan Sahul (Australia dan Papua) bisa muncul akibat proses ini. Dalam tinjauan yang lebih rinci, para ilmuwan bahkan mulai memetakan adanya sungai yang terbentuk di daratan purba yang kini sudah tenggelam itu.

"Perubahan muka laut ini bisa kita kaji dan memberikan banyak sekali, mungkin pandangan-pandangan baru dari berbagai sudut, bahkan mungkin melihat sesungguhnya paparan ini apa peranannya bagi kehidupan di sekitar ini (Asia Tenggara)," terang Wahyoe.

Ragam sungai purba ini mengalir dari berbagai sumber mata air. Alirannya bermuara ke garis pantai purba seperti ke Laut Flores, Laut Cina Selatan, dan bagian utara Selat Malaka.