Patung Zeus di Olympia yang Meramal Kematian Kaisar Romawi Caligula

By Sysilia Tanhati, Rabu, 19 Oktober 2022 | 11:00 WIB
Patung Zeus di Olympia menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno. Meski tidak diketahui nasibnya, legenda dan misterinya memikat hingga kini. (Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id - Saat Aleksander Agung mengembuskan napas terakhirnya, ia meninggalkan kekaisaran besar. Tidak hanya itu, kampanye militernya berhasil menciptakan interaksi budaya yang menarik minat para pengembara. Mereka pun membuat catatan perjalanan untuk membagikan pengalaman dan instruksi mengenai apa saja yang harus dikunjungi. Salah satu yang paling terkenal adalah patung Zeus di Olympia, bagian dari tujuh keajaiban dunia kuno. Sayangnya, mahakarya Phidias, pematung terbesar zaman kuno, itu mungkin dihancurkan di akhir zaman kuno. Meski tidak diketahui rimbanya hingga kini, legenda dan misteri mengelilingi sejarahnya yang berusia 1.000 tahun.

Phidias: pematung Ilahi

Bagi orang Yunani kuno, tidak ada pematung yang lebih hebat dari Phidias. Ia mengawasi pembangunan Acropolis Athena dan menciptakan patung Athena besar di Parthenon. Faktanya, Phidias menjadi pematung pertama yang berani membuat patung para dewa dengan emas dan gading.

Atas tuduhan penggelapan emas dan keangkuhan, ia terpaksa meninggalkan Athena untuk menyelamatkan diri. “Rupanya, Phidias menggambarkan dirinya di perisai patung Athena,” tulis Antonis Chaliakopoulos di laman The Collector.

Mungkin kemalangan inilah yang membawa pematung tersohor itu ke tempat suci Zeus di Olympia. Tempat suci itu berada di bawah perlindungan kota Elis. Melihat kesempatan itu, penduduk kota meminta Phidias untuk membuat patung Zeus yang tidak ada duanya. Sang pematung pun menyanggupinya.

Patung itu lebih besar dari yang dia buat di Athena, juga lebih megah. Ada magnet yang membuatnya terkenal dalam sekejap. Berabad-abad kemudian, Plinius yang Tua menulis bahwa tidak ada yang pernah bisa menyamai karya Phidias.

Deskripsi patung Zeus

Pausanias melihat patung setinggi 12 meter dengan matanya sendiri pada abad ke-2 Masehi dan menulisnya secara rinci. Ia mendeskripsikannya begini,

“Dewa duduk di atas takhta dan ia terbuat dari emas dan gading. Di kepalanya terletak karangan bunga yang merupakan salinan tunas zaitun. Di tangan kanannya ia membawa sebuah patung kemenangan yang terbuat dari gading dan emas. Patung kemenangan itu memakai pita dan di kepalanya juga terdapat karangan bunga. Di tangan kiri dewa ada tongkat kerajaan, dihiasi dengan segala jenis logam. Burung yang duduk di tongkat itu adalah elang. Sandal dewa juga terbuat dari emas, demikian juga jubahnya. Di jubah itu ada sulaman figur binatang dan bunga lili.”

 Baca Juga: Athena, Dewi Perang Mitologi Yunani yang Lahir dari Dahi Zeus

 Baca Juga: Adikarya Peradaban Yunani Kuno: Fakta, Arsitektur, dan Sejarah

Namun apa membuat Pausanias terkesan adalah tahta Zeus.