Patung Zeus di Olympia yang Meramal Kematian Kaisar Romawi Caligula

By Sysilia Tanhati, Rabu, 19 Oktober 2022 | 11:00 WIB
Patung Zeus di Olympia menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno. Meski tidak diketahui nasibnya, legenda dan misterinya memikat hingga kini. (Wikipedia)

Patung dewa dianggap sebagai perantara antara alam dewa dan manusia. Berbicara dengan patung Artemis, misalnya, adalah cara untuk berkomunikasi dengan sang dewi. Namun, patung Zeus lebih dari itu. Patung karya Phidias dianggap telah menangkap esensi ilahi.

Keyakinan ini diperkuat oleh legenda seperti yang mengeklaim bahwa ketika Phidias menyelesaikan patung, dia bertanya kepada Zeus apakah dia puas. Sebagai tanggapan, guntur jatuh dari langit dan membuka lubang di tanah. Sang dewa setuju. Kini, bagian lantai yang terkena petir itu ditutupi perunggu.

Dio Chrysostom, orator Yunani, menulis jika hewan melihat sekilas patung itu, mereka dengan rela menyerahkan diri kepada seorang pendeta untuk dikurbankan. Ia mengeklaim bahwa siapa pun yang berdiri di depan patung Zeus akan melupakan semua teror dan kesulitan yang menimpa nasib manusia.

Namun, beberapa menemukan kesalahan karya Phidias itu. Strabo menceritakan bahwa ukuran patung tidak sebanding dengan ukuran kuil. Konon, Zeus duduk dengan kepala hampir menyentuh atap. Apa yang terjadi jika dewa memutuskan untuk bangkit dan meninggalkan kuil? Strabo menjawab: “dia akan membuka atap kuil!”

Kaisar Caligula ingin membawa patung Zeus ke Romawi

Menurut sejarawan Romawi Suetonius dan Cassius Dio, Kaisar Romawi Caligula, ingin mengangkut patung Zeus ke Roma. Konon, kaisar yang terkenal gila itu berencana untuk mengganti kepala Zeus dengan kepala patungnya.

Menurut Suetonius, rencana itu batal setelah pembunuhan Caligula terjadi. Dia bahkan menulis bahwa ketika patung itu sedang dipersiapkan untuk dikirim ke Roma, patung itu meramalkan kematian kaisar. “Patung Zeus tiba-tiba tertawa terbahak-bahak sehingga perancah runtuh dan para pekerja bangkit. Segera seorang pria bernama Cassius muncul, menyatakan bahwa dia telah diminta dalam mimpi untuk mengurbankan seekor banteng untuk Jupiter,” tulis Suetonius.

Bagi orang yang hidup di zaman kuno, patung Zeus lebih dari sekadar patung dan tujuh keajaiban dunia kuno. Bagi mereka, itu adalah versi dewa di bumi. (Antonio Tempesta)

Cassius Dio setuju dengan Suetonius. Baginya, bukan kematian kaisar yang mencegah pemindahan patung itu, tetapi murka dewa.

“Kapal yang dibangun untuk membawanya hancur disambar petir. Tawa nyaring terdengar setiap kali ada orang yang mendekat,” ungkapnya.

 Baca Juga: Tujuh Hal yang Mungkin Belum Anda Ketahui soal Kaisar Romawi Caligula

 Baca Juga: Kisah Dionisos, Anak Zeus Berkeliling dari Yunani sampai Asia

Jelas, cerita-cerita ini lebih berkaitan dengan legenda daripada kenyataan. Dalam narasi-narasi ini, patung itu digambarkan dengan jelas sebagai monumen yang begitu suci. Sehingga gagasan untuk mengangkutnya adalah keangkuhan.

Apa yang terjadi dengan patung Zeus?

Pada 391 Sebelum Masehi, Theodosius melarang pemujaan dewa-dewa pagan dan menutup semua situs pagan. Karena Olimpiade dilarang, Olympia tidak bisa lagi menjadi seperti dulu saat masa keemasannya.

Pada 408 Masehi, undang-undang baru meminta penghapusan patung kultus dari kuil mereka. Patung Zeus mungkin selamat dari gelombang kehancuran ini, tetapi tidak ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi. Kebanyakan ahli berpendapat bahwa patung itu dipindahkan ke Konstantinopel, di mana kemudian hilang sekitar abad ke-5 atau ke-6.

Berkat statusnya sebagai keajaiban dunia kuno dan legenda yang disebarkan oleh para penulis kuno, patung Phidias tetap hidup melalui seni abad-abad berikutnya.