Nationalgeographic.co.id - Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium memiliki karya seni yang tidak kalah indah dengan Romawi Barat. Salah satunya adalah ikonografi, karya seni yang berhubungan dengan gambar-gambar keagamaan. Namun, selama 113 tahun, tradisi artistik ini menderita kerugian besar dan mengalami masa-masa kegelapan. ikonoklasme, tindakan penghapusan karya seni keagamaan ini memecah belah Kekaisaran Romawi Timur.
Dengan dekrit kekaisaran, produksi gambar-gambar keagamaan tidak hanya dilarang tetapi juga karya-karya seni yang sudah ada dimusnahkan secara aktif. Berakar dalam elite politik dan agama di Konstantinopel, gerakan ini memiliki efek jangka panjang di dunia abad pertengahan. Digambarkan sebagai “zaman kegelapan” seni Bizantium, ikonoklasme meninggalkan bekas yang tak terbantahkan. Tidak hanya pada masa depan seni Kekaisaran Bizantium saat itu tetapi juga di Eropa abad pertengahan pada umumnya.
Ikonografi dianggap menyebabkan bencana alam dan dicap sebagai berhala
Antara 726 dan 727, letusan gunung berapi yang sangat besar melanda pulau Thera dan Therasia di Laut Aegea. Kaisar Bizantium Leo III menafsirkan bencana alam ini sebagai kemarahan Ilahi. “Menurutnya, murka ini hanya bisa diredakan dengan melarang pemujaan ikon,” tulis Dusan Nicolic di laman The Collector.
Serangkaian dekrit dikeluarkan antara tahun 727 dan 730, Leo III secara resmi menetapkan ikonoklasme di seluruh wilayah kekaisaran. Meskipun Leo III menyulut semangat ikonoklasme, puncaknya terjadi pada masa pemerintahan putranya, Konstantinus V.
Konstantinus mengambil inisiatif untuk menulis 13 risalah teologis tentang ikonoklasme. Ia menolak kemungkinan mewakili sifat Ilahi Kristus. Dalam Konsili ikonoklasme di Hieria pada tahun 754, kaisar itu secara resmi menyatakan ikon sebagai berhala, memerintahkan penghancurannya, dan mengutuk semua aktivitas yang berkaitan dengan ikonografi.
Jeda ikonoklasme
Sebuah jeda singkat terjadi antara 787 dan 815, berkat serangkaian kaisar Ortodoks yang tidak mengikuti gerakan penghancuran itu. Namun jeda itu tidak berlangsung selamanya.
Kaisar Leo V kemudian mengembalikan politik gereja ke ikonoklasme pada tahun 815. Meski demikian, gerakan tersebut tidak memiliki kekuatan seperti saat abad ke-8.
Baca Juga: Kota Kuno Busra asy-Syam, Saksi Kejayaan Tiga Peradaban Besar Dunia
Baca Juga: Jatuhnya Kekaisaran Romawi, Kenapa Lebih Cepat daripada Bizantium?
Masa ini dikenal sebagai gelombang kedua ikonoklasme ditandai dengan pemerintahan dari Leo V, Michael II, dan Theophilos. Kontribusi Michael pada gerakan ikonoklas adalah melarang diskusi tentang ikon. Kaisar Theophilos menambahnya dengan penganiayaan terhadap orang-orang yang memuja ikon-ikon.