Ikonoklasme, Ketika Karya Seni Memecah Belah Kekaisaran Romawi Timur

By Sysilia Tanhati, Kamis, 20 Oktober 2022 | 12:13 WIB
Pemujaan terhadap seni religius dianggap menimbulkan bencana alam. Maka ikonoklasme atau pemusnahan karya seni keagamaan pun dilakukan di Bizantium. (Chludov)

 Baca Juga: Jejak Bizantium dari Penemuan Sarkofagus Berusia 1.800 Tahun di Israel

Contoh utama seni selama ikonoklasme Bizantium adalah salib di apse Hagia Eirene, salah satu gereja terpenting di Konstantinopel. Gereja tersebut rusak parah akibat gempa bumi tahun 740 dan mungkin dibangun kembali oleh Kaisar Ikonoklastik Konstantinus V. Selama perbaikan itu, salib ditambahkan. Motif salib merupakan salah satu simbol langka yang diperbolehkan oleh kekaisaran pada masa itu.

Mosaik salib polos juga dapat ditemukan di gereja-gereja lain di Konstantinopel, termasuk Hagia Sophia. Di sebelah lunette di atas pintu kekaisaran di Hagia Sophia ada dua lunette lainnya dengan salib. Luar biasa, salib ini tidak digantikan oleh mosaik lain atau dihancurkan pada abad-abad berikutnya.

Konsekuensi jangka panjang dari ikonoklasme

Ikonoklasme tidak hanya meninggalkan lekukan dalam sejarah seni Bizantium. Konsekuensi politik yang lebih luas terlihat dengan kerenggangan Gereja Katolik Roma, yang menolak ajaran ikonoklasme.

Ini memulai konflik antara kepausan dan kaisar Bizantium serta patriark ikonoklasme Konstantinopel. Konstantinus V mengambil yurisdiksi gerejawi Romawi atas Balkan dan memberikannya kepada Patriarkat Konstantinopel. Akibatnya, Roma kehilangan kendali agama atas Balkan, kecuali di pantai baratnya.

Meskipun Bizantium segera kembali ke pemujaan ikon, hubungan antara Roma dengan Konstantinopel tidak membaik. Dengan merusak hubungan antara Roma dan Konstantinopel, ikonoklasme membantu mengantarkan era baru Eropa Barat di bawah kekuasaan Kekaisaran Carolingian.

Tidak hanya memecah belah Kekaisaran Romawi Timur, ikonoklasme ini juga memengaruhi hubungan antaragama.