Meski Terikat oleh Sutra, Tiongkok dan Romawi Kuno Saling Mengabaikan

By Sysilia Tanhati, Kamis, 10 November 2022 | 11:00 WIB
Meski saling terikat dengan perdagangan sutra, Tiongkok dan Romawi kuno saling mengabaikan. Selama berabad-abad, mereka tidak memiliki koneksi langsung. Apa sebabnya? (Yan Liben & Aachen Cathedral Treasury)

Satu abad sebelum bencana Romawi di Carrhae, Kekaisaran lain mengonsolidasikan kekuatannya di Timur Jauh. Setelah serangkaian kampanye selama satu dekade, pada 119 Sebelum Masehi dinasti Han akhirnya mengalahkan pengembara Xiongnu yang merepotkan. Mereka adalah penunggang kuda yang ganas yang mencegah ekspansi Tiongkok ke barat.

Rahasia kesuksesan Tiongkok adalah kavaleri mereka yang kuat, yang mengandalkan kuda-kuda “surgawi” yang dibiakkan di wilayah Ferghana (Uzbekistan modern). Keberhasilan mengatasi ancaman suku nomaden membuat Tiongkok mengendalikan koridor Gansu yang vital. Juga rute lintas benua yang menuju Barat, menuju lembah Ferghana, melalui Pamir dan jalur Gunung Hindu-Kush, dan seterusnya, ke Persia dan pantai Mediterania. Ini adalah Jalur Sutra yang ikonik.

Sementara itu, Romawi pun berkembang pesat. Penaklukkan kerajaan-kerajaan Helenistik terakhir membuat Romawi menguasai Mediterania Timur dan Mesir. Perang saudara selama beberapa dekade setelah kematian Crassus pun berakhir. Di bawah kepemimpinan Kaisar Augustus, perdamaian dan kemakmuran pun dirasakan oleh bangsa Romawi.

Pada gilirannya, ini meningkatkan daya beli penduduk Romawi yang terus bertambah. Baik elite maupun warga biasa tergila-gila barang-barang eksotis. “Jalur Sutra adalah jawabannya,” Bileta menambahkan.

Untuk menghindari Parthia di jaringan Jalur Sutra darat, kaisar Romawi mendorong pembentukan rute maritim yang menguntungkan ke India. Perdagangan Samudra Hindia menjadi jalur komunikasi utama antara Romawi dan Tiongkok sampai Mesir melepaskan diri dari Romawi.

Misteri "orang sutra"

Pada abad pertama Masehi, sutra adalah komoditas yang sangat dicari di kalangan aristokrasi Romawi. Plinius Tua tidak menentang perdagangan kemewahan timur ini dan menyalahkannya karena menguras pundi-pundi Romawi.

Meski permintaan sutra terus meningkat, Romawi mengalami banyak hambatan. Seperti jarak yang sangat jauh, medan yang sulit, serta musuh yang ada di tengah-tengah rute. Semua itu menyulitkan Romawi untuk menciptakan koneksi dengan Tiongkok.

Akhirnya, orang-orang Asia Tengah — terutama Sogdiana, serta Parthia, dan pedagang dari negara klien Romawi Palmyra dan Petra — bertindak sebagai perantara. Jadi, meskipun barang-barang terus-menerus melakukan perjalanan antara Romawi dan Tiongkok, keduanya tidak terlalu menyadari keberadaan masing-masing.

Sebagian besar pengetahuan Romawi tentang Tiongkok berasal dari desas-desus yang dikumpulkan tentang usaha perdagangan yang jauh. Menurut orang Romawi, Seres — “orang sutra” — memanen sutra dari hutan di wilayah terpencil di ujung lain Asia. Namun, identitas Seres tidak jelas.

Sejarawan Romawi Florus menggambarkan kunjungan banyak kedutaan, termasuk Seres, ke istana Kaisar Augustus. Namun sebalinya, tidak ada catatan seperti itu di pihak Tiongkok. Mungkinkah Seres adalah salah satu dari masyarakat Asia Tengah yang bertindak sebagai perantara?

Upaya menjalin koneksi langsung