Meski Terikat oleh Sutra, Tiongkok dan Romawi Kuno Saling Mengabaikan

By Sysilia Tanhati, Kamis, 10 November 2022 | 11:00 WIB
Meski saling terikat dengan perdagangan sutra, Tiongkok dan Romawi kuno saling mengabaikan. Selama berabad-abad, mereka tidak memiliki koneksi langsung. Apa sebabnya? (Yan Liben & Aachen Cathedral Treasury)

Periplus of the Erythrean Sea dan Ptolemy's Geography menyebutkan orang-orang Thinae atau Sinae tinggal di “tanah sutra” yang terbentang jauh di timur Melayu. Di masa pemerintahan Marcus Aurelius, pada 166 Masehi, sebuah kapal Romawi berhasil berlayar mengelilingi semenanjung dan mencapai pelabuhan Cattigara. Ini mungkin kota kuno Oc Eo di Vietnam selatan. Dari sana, tentara Han mengawal orang Romawi ke istana kekaisaran.

Apakah mereka pedagang bertindak untuk kepentingan mereka sendiri atau utusan resmi kaisar Romawi? Sulit untuk mengatakannya. Han, bagaimanapun, tidak meragukan bahwa perwakilan itu sah.

Setelah lebih dari satu abad menggunakan perantara untuk perdagangan Jalur Sutra, kedua kerajaan memiliki saluran untuk komunikasi langsung.

Penumpang gelap di jalur sutra

Jalur Sutra lebih dari sekadar jalur perdagangan. Rute ini menjadi sarana pertukaran manusia dan ide. Sayangnya, jaringan rute yang dikembangkan dengan baik juga dapat dimanfaatkan oleh “penumpang gelap” yang berbahaya dan tidak terlihat.

Ketika utusan Romawi kembali dengan berita tentang kontak diplomatik dengan Tiongkok, mereka membawa penumpang gelap. Cacar mengguncang Romawi. Pandemi mematikan melanda kedua kekaisaran, menemukan mangsa yang mudah di kota-kota yang penuh sesak, yang menyebabkan hilangnya sepersepuluh hingga sepertiga populasi.

Jalur sutra menguntungkan namun sarat bahaya. Cacar mengguncang Romawi. Pandemi mematikan melanda kedua kekaisaran, menemukan mangsa yang mudah di kota-kota yang penuh sesak, yang menyebabkan hilangnya sepersepuluh hingga sepertiga populasi. (Wellcome Library, London)

Selain itu, penyakit sampar melemahkan pertahanan mereka, memungkinkan penjajah barbar untuk maju jauh ke jantung kekaisaran.

Ketika Romawi dan Tiongkok pulih, kedua kekaisaran adidaya kuno itu menegaskan kembali kontrol. Mereka mempertahankan dominasi di bagian dunia masing-masing selama abad berikutnya.

Minat Romawi terhadap Tiongkok tidak berlangsung selamanya

Minat Romawi pada Timur Jauh, bagaimanapun, adalah tidak berlangsung lama. Perang dan peningkatan pengeluaran militer mengurangi perdagangan Jalur Sutra di darat dan laut.

Runtuhnya Romawi Barat selanjutnya semakin memperbesar pentingnya perbatasan Timur. Ibukota kekaisaran baru dan pusat perdagangan utama — Konstantinopel — menjadi pusat Kekaisaran Romawi. Di bawah Kaisar Justinianus, Romawi berhasil memulihkan supremasi atas Mediterania.

Kebetulan, pemerintahan Justinian menandai momen bersejarah ketika Romawi mengamankan sumber produksi sutra mereka sendiri. Itu berkat utusan mereka yang menyelundupkan telur ulat sutra ke Konstantinopel.

   

Baca Juga: Betapa Keras dan Istimewanya Gladiatrix, Gladiator Wanita Romawi Kuno

Baca Juga: Penyebab Kematian Umum Orang Romawi Kuno, Samakah dengan Zaman Modern?

Baca Juga: Tinggal di Apartemen di Zaman Romawi Kuno, Samakah dengan Masa Kini?

   

Beberapa tahun kemudian, pada tahun 541 M, wabah mengerikan melanda kekaisaran. Menggunakan jaringan Jalur Sutra, wabah menyebar dengan cepat ke arah timur hingga Tiongkok.

Kemudian, pada pertengahan abad ketujuh, perbatasan Timur meledak. Tentara Romawi dan Persia terlibat dalam perang pemusnahan. Dijuluki "Perang Terakhir Zaman Kuno", sebuah perjuangan panjang dan berdarah, yang dipicu oleh agama dan ideologi yang berlawanan. Perang ini menghancurkan kedua kekaisaran dan menjadikan mereka sasaran empuk bagi tentara Islam.

Kekaisaran Romawi yang terluka parah selamat dari serangan gencar tetapi kehilangan provinsi timurnya yang kaya. Khilafah sekarang menguasai Jalur Sutra dan dapat melakukan apa yang gagal dilakukan Romawi, mencapai perbatasan Tang Cina. Orang-orang Arab mengantarkan Zaman Keemasan baru di sepanjang Jalur Sutra.

Jarak yang jauh dan wilayah yang tidak ramah menjadi beberapa alasan mengapa kedua kekaisaran adidaya kuno itu saling mengabaikan. Meski ada upaya untuk menjalin hubungan, hambatan yang ada mencegah Romawi dan Tiongkok membangun komunikasi yang sukses.