Siapa Wanita Berkuasa yang Menjaga Tutankhamun saat Hidup dan Mati?

By Sysilia Tanhati, Rabu, 28 Desember 2022 | 09:00 WIB
Selain harta, di makam Tutankhamun juga ditemukan para wanita berkuasa yang menjaga Tutankhamun, baik saat hidup dan mati. (Wikipedia)

 

Nationalgeographic.co.id—Pada November 1922, Howard Carter dan tim menemukan makam Tutankhamun. Ia adalah firaun dari dinasti ke-18 yang memerintah pada 1336-1327 Sebelum Masehi. Temuan makam ini mengguncang dunia. Bahkan terus menarik rasa ingin tahu dari penggemar budaya Mesir kuno hingga kini. Saat ditemukan, makam sang firaun dipenuhi dengan ribuan harta yang akan menemaninya di akhirat. Selain harta, di makam juga ditemukan para wanita berkuasa yang menjaga Tutankhamun, baik saat hidup dan mati. Siapa sajakah mereka?

Lukisan adegan pemakaman Tutankhamun di dinding makam

Di dinding timur, terdapat lukisan mumi raja terbaring di peti mati yang bertumpu pada tandu di atas kereta. 12 pejabat tertinggi Mesir kuno, berpakaian linen putih, berkumpul untuk menyeret kereta penguburan melintasi padang pasir ke Lembah Para Raja.

Di tembok utara, lukisan menunjukkan prosesi pemakaman sudah sampai di makam. Mumi Tutankhamun disandarkan tegak. Penggantinya, Firaun Ay, melakukan ritual yang memungkinkan raja yang mati untuk hidup kembali.

Dalam adegan tersebut, tidak tampak permaisuri firaun, Ankhesenamun. Di mana posisi wanita yang mendampingi dan mendukung firaun muda itu?

Harta kuburan paling misterius di makam Tutankhamun mengungkap peran penting Ankhesenamun

'Kuil Emas Kecil', sebuah kotak berpintu yang dilapisi kertas emas tebal, adalah salah satu harta kuburan paling misterius di Tutankhamun.

Serangkaian panel terukir di bagian luar emas menunjukkan raja dan ratu bersama. Ankhesenamun mengikat kerah di leher suaminya. Ia dilukiskan menerima air yang dituangkan ke tangannya yang ditangkupkan. Lalu memberinya anak panah saat Tutankhamun berburu bebek di rawa-rawa.

Howard Carter percaya bahwa adegan-adegan ini mencerminkan kehidupan sehari-hari raja dan ratu, dengan Ankhesenamun memainkan peran kecil. Menurutnya, lukisan itu menunjukkan hubungan persahabatan antara suami dan istri.

 

Adegan yang menunjukkan Ankhesenamun memberikan anak panah pada Tutankhamun saat berburu. (AnnekeBart)

Seabad kemudian, dengan pemahaman yang jauh lebih baik tentang kerumitan seni kerajaan Mesir kuno, adegan itu ditafsirkan ulang. “Menurut para ahli, adegan itu adalah cerminan dari kekuatan religius Ankhesenamun saat dia mengambil peran sebagai pendeta. Ia mempersiapkan suaminya untuk penobatannya dan upacara Tahun Baru yang akan datang,” tulis Joyce Tyldesley di laman History Extra.

Ankhesenamun sama-sama menonjol di panel belakang singgasana emas Tutankhamun yang dihias. Di sini kita melihat pasangan kerajaan di dalam paviliun bunga. Ankhesenamun berdiri di depan suaminya dan mengulurkan tangannya ke arahnya. Ia mengenakan jubah lipit yang rumit dan wig pendek. Tampak mahkota rumit yang menggabungkan tanduk sapi, cakram matahari, dan dua bulu tinggi. Tutankhamun, mengenakan rok berlipit, mahkota tinggi, dan perhiasan warna-warni. Sang firaun duduk di kursi yang rumit dengan kaki di atas tumpuan kaki. Sekilas, adegan itu tampak sebagai pemandangan rumah tangga yang harmonis. “Tetapi sebenarnya adegan itu menggambarkan ritual pengurapan dengan Ankhesenamun bertindak sebagai pendeta,” tambah Tyldesley lagi.

Siapa ratu yang kuat ini sehingga ia mampu bertindak sebagai pendeta yang mengurapi firaun Mesir kuno? Ankhesenamun adalah putri ketiga yang lahir dari 'firaun sesat' Akhenaten dan pendampingnya Nefertiti. Karena kemungkinan besar Akhenaten adalah ayah Tutankhamun, dia adalah saudara perempuan atau saudara tiri suaminya.

Sementara tahun-tahun awal Tutankhamun diselimuti misteri, kita dapat mengikuti masa kecil Ankhesenamun melalui karya seni dari zaman ayahnya. Ankhesenamun diperkirakan telah menikah dengan Tutankhamun pada saat sang firaun mewarisi tahta. Saat itu, Mesir kuno diperintah oleh seorang raja berusia delapan tahun dan adik perempuannya yang masih remaja.

Sebagai permaisuri, Ankhesenamun memiliki hak lebih tinggi daripada semua istri Tutankhamun yang lain. Ankhesenamun adalah komponen penting dari pemerintahan suaminya. Raja dan ratu membentuk kemitraan yang akan melayani para dewa dan memastikan kemakmuran Mesir kuno.

Tugasnya yang paling jelas adalah mendukung Tutankhamun dan memberinya sebuah keluarga yang idealnya mencakup ahli waris laki-laki. Namun, dia lebih dari sekadar penghasil bayi. Sang permaisuri memiliki tanggung jawab beragam dan kompleks.

Dia mungkin berkontribusi pada korespondensi diplomatik, melakukan ritual keagamaan berbasis wanita yang penting, dan menjadi wakil suaminya.

Para wanita yang 'melindungi' firaun yang telah meninggal

Kuil Emas Kecil dan tahta emas mengonfirmasi peran Ankhesenamun dalam mendukung kerajaan hidup Tutankhamun. Sedangkan sarkofagus kuarsit menunjukkan bahwa Tutankhamun juga memiliki kekuatan untuk mendukungnya dalam kematian.

Palung sarkofagus, yang diukir dengan teks penguburan, dilindungi oleh empat dewi yang diukir. Setiap dewi berdiri di sudut, memandang ke arah kepala Tutankhamun. Isis, Nephthys, Serket dan Neith merentangkan tangan bersayap mereka untuk melingkari sarkofagus. Dengan demikian, mereka merangkul dan melindungi Tutankhamun yang telah meninggal selamanya. Empat dewi yang sama mengelilingi dan melindungi peti kanopi yang menyimpan organ dalam Tutankhamun yang diawetkan.

Palung sarkofagus, yang diukir dengan teks penguburan, dilindungi oleh empat dewi yang diukir. Setiap dewi berdiri di sudut, memandang ke arah kepala Tutankhamun. (Wikipedia)

Pemeriksaan yang cermat mengungkapkan bahwa keempat dewi sarkofagus awalnya memiliki lengan manusia alih-alih sayap berbulu. Awalnya diukir sebagai wanita, mereka kemudian diukir ulang sebagai dewi. Ini mungkin untuk mencerminkan pandangan agama yang berkembang dari Tutankhamun.

Bagaimana nasib Ankhesenamun setelah kematian Tutankhamun

Budaya Mesir kuno tidak memberikan peran bagi permaisuri janda yang tidak memiliki anak. Oleh karena itu, bukan hal aneh jika Ankhesenamun menghilang saat Tutankhamun meninggal. Ia mungkin pensiun dari kehidupan publik dan mundur ke istana harem. Di sana, Ankhesenamun mungkin menghabiskan 30 atau 40 tahun berikutnya dalam ketidakjelasan yang mewah.

Namun, ada satu kisah aneh yang menunjukkan bahwa Ankhesenamun mungkin mempertahankan otoritas setelah kematian suaminya.

Baca Juga: Segel Kuno Tel Aviv Berusia 3.000 Tahun Diduga Menggambarkan Sosok Firaun

 Baca Juga: Kehidupan Bangsa Mesir Kuno di Bawah Kekuasaan Ptolemaik dari Yunani

 Baca Juga: Begini Pekerja Mesir Kuno Menyiapkan Makam Firaun di Lembah para Raja

 Baca Juga: Benarkah Sobekneferu adalah Firaun Wanita Pertama di Mesir Kuno?

The Deeds of Suppiluliuma adalah catatan biografi tentang pemerintahan raja Het Suppiluliuma I, yang ditulis setelah kematiannya. Seorang janda ratu Mesir telah menulis kepada raja orang Het. Ia memintanya untuk mengirim salah satu putranya untuk menikahinya dan mengambil tahta Mesir.

Sayangnya, nama penulis surat, “Dahamunzu”, hanyalah versi fonetis dari gelar ratu Mesir ta hemet nesu atau “Istri Raja”. Mungkinkah ini Ankhesenamun?

Raja Het bingung dengan permintaan itu. Kala itu, orang Mesir kuno akan menolak raja asing memerintah kerajaannya. Namun, sang raja tergoda: Mesir adalah hadiah yang besar. Akhirnya dia mengirim seorang putra, Zannanza, yang meninggal dalam perjalanan ke Memphis. Apakah ini kematian alami atau tidak, tidak jelas. Tapi kematian itu menyebabkan keretakan dalam hubungan yang sudah suam-suam kuku antara Mesir dan orang Het.

Tidak ada penyebutan korespondensi ini dalam catatan Mesir kuno. “Para ahli mempertanyakan, apakah itu adalah permohonan bantuan yang tulus yang dibuat oleh Ankhesenamun yang putus asa. Atau mungkin jebakan yang dirancang untuk menyebabkan gesekan diplomatik antara Mesir dan orang Het,” tambah Tyldesley.

Tidak hanya saat hidup, bahkan setelah meninggal pun Firaun Tutankhamun tetap dilindungi oleh para wanita kuat dan berkuasa.