Daftar Raja Termuda dalam Sejarah, Ada yang Naik Takhta saat Bayi

By Sysilia Tanhati, Rabu, 4 Januari 2023 | 16:00 WIB
Dalam sejarah, ada beberapa raja atau ratu termuda yang pernah dinobatkan. Sebagian bahkan naik takhta sesaat setelah lahir. (Benjamin Robert Haydon )

Nationalgeographic.co.id—Ketika memikirkan seorang raja atau ratu, kita mungkin membayangkan seorang pemimpin yang sudah lanjut usia. Namun kenyataannya, tidak semua raja harus menunggu selama Raja Charles III. Pada usia 73 tahun, ia menjadi orang tertua yang naik takhta Kerajaan Inggris. Banyak raja atau ratu dimahkotai bahkan sebelum mereka bisa berjalan atau berbicara. Bahkan sejarah mencatat seorang raja yang naik takhta saat ia belum dilahirkan. Bagaimana mungkin seseorang yang belum lahir bisa menduduki tampuk kepemimpinan? Berikut adalah daftar beberapa raja termuda sepanjang sejarah.

Shah Shapur II, raja termuda yang dimahkotai sebelum lahir

Rekor raja termuda dalam sejarah mungkin jatuh ke Shah Shapur II, kaisar Kekaisaran Sasanian Persia (309 M hingga 379 Masehi). Sebagai raja termuda, Shah Shapur II menjadi raja yang paling lama memimpin dalam sejarah Iran. Raja kesepuluh dari Kekaisaran Sasanian ini memerintah selama 70 tahun.

“Yang lebih mengesankan adalah fakta bahwa dia memerintah seumur hidupnya,” tulis Robbie Mitchell di laman Ancient Origins. Dari saat dilahirkan sampai meninggal, Shah Shapur II adalah raja.

Mengapa dia dinobatkan begitu muda? Ayah Shapur, Hormizd II, meninggal pada tahun 309 Masehi. Posisi raja kemudian diisi oleh putranya, Adur Narseh. Sayangnya Narseh sangat tidak populer di kalangan bangsawan kekaisaran. Ia pun tewas di tangan para bangsawan itu.

Tidak hanya dikenal sebagai raja termuda, Shah Shapur II, membawa Kekaisaran Sasanian ke era keemasan. (Muzaffar Ali & Ferdowsi)

Putra kedua Hormizd dibuat buta ketika mencoba naik takhta, sedangkan putra ketiganya dipenjara dan melarikan diri ke Kekaisaran Romawi. Dengan semakin menipisnya cadangan ahli waris maka diputuskan tahta kerajaan akan dicadangkan sampai Shapur lahir.

Beberapa sumber menyatakan bahwa Shapur dimahkotai saat masih dalam kandungan. Jika benar, itu menjadikannya sebagai satu-satunya bangsawan yang pernah dimahkotai dalam kandungan. Kisah ini ditentang selama bertahun-tahun. Berbagai sejarawan menunjukkan bahwa orang Persia tidak akan memahkotai bayi tanpa mengetahui jenis kelaminnya terlebih dahulu.

Entah itu fakta atau isapan jempol belaka, warisan Shapur tetap mengesankan. Tidak hanya terkenal sebagai raja termuda, ia juga dikenang karena membawa era keemasan bagi Kekaisaran Sasanian.

Raja Sobhuza II, raja yang bertahta terlama

John I dan Shapur mungkin telah memerintah sepanjang hidup mereka. Sobhuza memiliki masa pemerintahan terlama dari raja mana pun dalam sejarah, mulai dari usia satu tahun hingga kematiannya pada usia 83 tahun.

Ingwenyama Sobhuza lahir pada tahun 1899 di Zombodze. Ketika ayahnya, Ngwane V, meninggal pada tahun yang sama, Sobhuza dinobatkan sebagai raja. “Namun, Sobhuza harus menunggu beberapa saat sebelum dia benar-benar dapat mulai mengambil keputusan,” Mitchell menambahkan.

Sambil menikmati masa sekolahnya, nenek Sobhuza, Labotsibeni Mdluli, bertindak sebagai walinya. Sobhuza mengambil alih kekuasaan, menjadi kepala tertinggi Swazi pada usia 22 tahun 1921. Ia terbukti sebagai raja yang cakap dan seorang patriot sejati.

Di bawah kepemimpinannya, Swaziland akhirnya memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1968. Setelah itu, pemerintah Inggris mengakuinya sebagai Raja Swaziland (Eswatini).

Yang terjadi selanjutnya adalah periode perubahan drastis. Pada tahun 1973, Sobhuza mencabut konstitusi negaranya, membubarkan parlemen, dan menjadikan dirinya penguasa absolut.

John I dari Prancis dan Navarre

John I lahir pada tanggal 15 November 1316. Ia lahir sebagai raja setelah ayahnya, Louis X meninggal beberapa bulan sebelumnya. John adalah satu-satunya raja Prancis yang memiliki gelar tersebut sejak lahir. “Ia juga merupakan satu-satunya yang menyandang gelar tersebut sepanjang hidupnya,” ungkap Mitchell.

Di sisi lain, John I menjadi raja Prancis dengan masa pemerintahan terpendek. Mirisnya, ia hanya hidup selama lima hari. Karena dia hanya memerintah selama 5 hari, tidak banyak yang bisa dikatakan tentang John yang malang.

Penyebab kematiannya tidak dicatat (Eropa abad pertengahan memiliki angka kematian anak yang sangat tinggi), tetapi ada desas-desus jika sang raja muda itu diracuni. Banyak orang mendapatkan banyak keuntungan dari kematiannya, tidak terkecuali pamannya Philip V dari Prancis. Sang paman kemudian naik tahta menggantikannya.

Mary, ratu Skotlandia yang dilantik pada usia enam hari

Bukan hanya raja yang dinobatkan pada usia dini. Mary, ratu Scotlandia, diyakini secara luas sebagai ratu termuda. Ia tidak dinobatkan langsung setelah kelahirannya namun harus menunggu enam hari penuh.

Mary lahir pada 8 Desember 1542 di Skotlandia dari Raja James V dan istri Prancisnya, Mary of Guise. Hanya enam hari setelah dia lahir, James meninggal dan Mary dinyatakan sebagai Ratu Skotlandia.

Penyebab kematian ayahnya tidak diketahui, tetapi sering dikaitkan dengan minum air kotor atau sebagai akibat dari gangguan saraf setelah Pertempuran Solway Moss. Itu merupakan salah satu dari banyak pertempuran antara Inggris dan Skotlandia.

Jelas, seorang bayi tidak dapat membuat keputusan, jadi serangkaian wakil menjalankan kerajaan sampai Mary dewasa. Untuk sebagian besar waktu, Mary of Guise yang memerintah sebagai pengganti sementara putrinya.

Sementara itu, Mary dikirim ke tanah air ibunya untuk menerima pendidikan yang layak. Dia kembali pada usia 18 tahun, siap untuk mengambil istananya yang sah di atas takhta. Sayangnya, hal-hal tidak berjalan baik untuknya.

Mary menikah dengan sepupu tirinya Henry Stuart, Lord of Darnley pada tahun 1561. “Pernikahan ini ternyata sebuah kesalahan besar,” ungkap Mitchell. Darnley dengan cepat menjadi bosan menjadi raja pendamping. Ia menuntut untuk dijadikan rekan berdaulat, setara dengan Mary.

Mary mengadakan beberapa pertemuan untuk membahas bagaimana mengatasi suami yang bermasalah itu. Masalahnya teratasi dengan sendirinya pada tahun 1567, ketika Darnley dibunuh. Banyak yang percaya itu adalah salah satu sekutu politik Mary, Lord Bothwell, yang melakukan pembunuhan.

Kematian suaminya menjadi awal kehancuran Mary. Dia diculik oleh Lord Bothwell pada 24 April 1567. Mary kemudian menikahi tersangka pembunuh suaminya beberapa minggu kemudian pada 15 Mei. Dia percaya itu akan menjadi pernikahan yang populer secara politik.

Dia salah besar. Pernikahan itu justru mengakibatkan pemberontakan Skotlandia yang akhirnya memaksa Mary melarikan diri dari kerajaannya. Ia mendapatkan perlindungan dari sepupunya di Inggris, Ratu Elizabeth I. Alih-alih melindungi sepupunya, Elizabeth mengurung Mary selama 18 tahun ke depan. Pada akhirnya, Mary terikat pada rencana untuk membunuh Elizabeth dan dia dieksekusi pada tahun 1587, pada usia 44 tahun.

Alfonso XIII dari Spanyol

Dapat dikatakan bahwa Alfonso XIII dari Spanyol bersaing dengan Shapur II untuk memperebutkan gelar raja termuda. Sama seperti Shapur, ayah Alfonso meninggal tidak lama sebelum kelahirannya, dan diputuskan bahwa tahta akan diamankan sampai Alfonso lahir.

Alfonso XIII lahir di Istana Kerajaan Madrid pada 17 Mei 1886, enam bulan setelah kematian ayahnya. Begitu lahir, Alfonso langsung menjadi raja. Menurut cerita, Alfonso yang baru dilahirkan itu dibawa di atas nampan perak, bertemu dengan perdana menteri Spanyol, Praxedes Mateo Sagasta.

Alfonso kemudian harus menunggu sampai dia berusia 16 tahun sebelum dia benar-benar dapat mengambil alih kekuasaan. Sayangnya, pemerintahannya tidak sehebat pemerintahan Shapur.

Kekalahan Spanyol selama perang Maroko 1921 secara luas disalahkan atas intervensinya. Seiring waktu, pemerintahannya menjadi semakin tidak disukai oleh rakyat.

Foto Tutankhamun seorang Firaun dari dinasti ke- 18 Mesir hasil manipulasi AI oleh Bas Uterwijk. (Bas Uterwijk)

Ketika partai sosialis dan republik memenangkan parlemen Spanyol pada tahun 1931, mereka dengan cepat melawannya. Parlemen menuntut agar Alfonso turun tahta dan menghapus monarki. Sebaliknya, dia menolak untuk mundur dan melarikan diri dari negara itu, tidak pernah kembali. Monarki dihapuskan tanpa kehadirannya.

Tutankhamun, raja bocah dari Mesir kuno

Daftar raja termuda dalam sejarah belum lengkap tanpa menyebut Firaun Tutankhamun, raja bocah dari Mesir kuno. Firaun ke-11 dari dinasti ke-18 Mesir kuno, diyakini Tutankhamun berkuasa pada usia 9 tahun pada abad ke-14 Sebelum Masehi dan memerintah selama 10 tahun.

Pemerintahannya diakui sebagai periode perubahan positif yang signifikan di Mesir kuno. Ia melakukan pembalikan reformasi yang dibawa oleh ayahnya yang tidak populer, 'raja sesat', Akhenaten.

Akhenaten telah membuat perubahan besar pada masyarakat Mesir dengan menjadikan dewanya, Aten, dewa utama Mesir. Akhenaten menempatkan dirinya sebagai pusat pemujaan. Tutankhamun dengan cepat memulihkan dewa-dewa lama ke kejayaan mereka sebelumnya dan memulihkan Thebes sebagai ibu kota Mesir.

Baca Juga: Jenazah Raja Yunani Kuno Aleksander Agung Pun Jadi Penyebab Perang

 Baca Juga: Raja Agesilaus dari Sparta Bertempur hingga Usia Delapan Puluh Tahun

 Baca Juga: Bagaimana Aleksander Agung, Raja Makedonia, Bisa Menjadi Firaun Mesir?

 Baca Juga: Kisah Raja yang Tewas di Toilet Setelah Meminum Cokelat Panas

Tutankhamun meninggal secara misterius sekitar usia 19 tahun. Tidak ada yang yakin bagaimana dia meninggal. Kematiannya diyakini terjadi setelah sang firaun pergi berperang atau dalam kecelakaan kereta.

Bukan karena jasanya pada kerajaan, Tutankhamun dikenal berkat kontribusinya di bidang arkeologi. Lebih dari 3.200 tahun setelah kematiannya, arkeolog Inggris Howard Carter menemukan tempat peristirahatan terakhir Tutankhamun di Lembah Para Raja.

Makamnya merupakan salah satu situs permakaman Mesir kuno yang paling terpelihara yang pernah ditemukan. Mitchel menambahkan, “Itu adalah tambang emas bersejarah.” Penemuan makam Tutankhamun membentuk pemahaman kita tentang Mesir kuno dan adat istiadatnya.

Sepanjang sejarah, ada banyak raja yang dimahkotai pada usia muda. Beberapa kemudian memiliki pemerintahan yang sangat sukses.

Yang lain tidak begitu sukses. Beberapa meninggal sebelum memiliki kesempatan untuk melakukan perubahan.