Nationalgeographic.co.id - Bangsa Eropa melakukan penjelajahan dunia besar-besaran di abad ke-15. Hampir seluruh negara-negara Eropa barat melakukannya seperti, Spanyol, Belanda, Portugis, Inggris, dan Prancis.
Curacao, salah satu pulau kecil di Laut Karibia, tak sampai 100 kilometer di utara Venezuela menjadi saksi kolonialisme Eropa. Pulau ini pertama kali dikuasai Spanyol sejak akhir abad ke-16.
Kemudian pada 1634, pulau penting ini berpindah tangan ke Belanda lewat Geoctrooieerde Westindische Compagnie (Perusahaan Hindia Barat) atau GWC. Perusahaan itu sejenis VOC di Hindia Belanda, tetapi di barat dunia.
Sejarawan Belanda Liek Mulder dan Anne Doedens menulis di Historiek berjudul "Oorlog in de West tijdens de Spaanse Successieoorlog". Mereka menyebut, GWC memiliki monopoli perdagangan dan pengapalan yang diberikan oleh Serikat Jenderal di Afrika Barat, Kepulauan Karibia, Amerika, dan semua pulau antara Newfoundland dan Selat Magellan.
Di tangan Belanda, Curacao memiliki perkebunan yang sebagian besar dipegang oleh orang Yahudi. Keberadaan di sana bersangkutan dengan hilangnya kendali GWC di Brasil tahun 1654, terang Mulder dan Doedens.
Namun, sumber daya orang Belanda dan Yahudi di Curacao sangat sedikit untuk mengelola perkebunan. Oleh karena itu, GWC mendatangkan budak untuk dipekerjakan di perkebunan.
Peminat kajian bahasa dan budaya Belanda Lilie Suratminto menjelaskan, budak lebih sering didapatkan dari pedalaman Afrika lewat penaklukan dan persaingan dengan berbagai kerajaan setempat. Ketika kapal tersedia untuk dikirim ke Amerika Selatan, para budak "telanjang seperti hari mereka dilahirkan". Tak sedikit yang mencoba melarikan diri dari kapal, yang akhirnya dibunuh supaya menghindari kerusuhan di dalam kapal.
Namun, perlawanan budak di Curacao sempat terjadi pada 1795. Pemimpin perlawanannya adalah Tula, salah satu pemimpin budak. Para sejarawan Belanda yang dipimpin Leo Dalhuisen dari Leiden University, lewat buku Geschiedenis van de Antillen menulis kisah perjuangan itu.
Inspirasi Tula adalah pelajaran kebebasan dari revolusi Prancis 1794. Prancis yang menjatuhkan monarkinya, turut menghapus perbudakan untuk republiknya di Eropa. Tula percaya bahwa budak di Curacao juga berhak atas kebebasan mereka, dan melepas belenggu dari majikan.
Mengutip Historiek, "Pemberontakan sebagian besar disiapkan oleh budak Tula. Dia mengaku berhubungan dengan jenderal Prancis Rigaud yang sebelumnya mendukung para budak San Domingo dalam pemberontakan."
Tula memimpin perlawanan pada 17 Agustus 1795, bersama kurang lebih 50 budak. Awalnya para budak melakukan perlawanan di perkebunan milik Caspar Lodewijk van Uytrecht. Lalu mereka berkumpul di alun-alun perkebunan, dan mengancam Van Uytrecht bahwa diri mereka bukan lagi budak.