Dua Abad Sebelum Berakhir, Kekaisaran Ottoman Dijuluki Pesakitan Eropa

By Sysilia Tanhati, Kamis, 26 Januari 2023 | 14:00 WIB
Pesakitan Eropa adalah istilah yang digunakan untuk Kekaisaran Ottoman selama dua ratus tahun terakhir sebelum jatuh. (Jean Baptiste Vanmour)

Rusia paling tertarik pada Permasalahan Timur. Selama perjanjian damai tahun 1774, ia memperoleh hak untuk melindungi umat Kristen Ortodoks di Kekaisaran Ottoman. Sebaliknya, Inggris dan Prancis menginginkan kelangsungan hidup Kekaisaran karena kepentingan ekonomi mereka di Mediterania.

Ottoman, yang dilemahkan oleh kekalahan militer dan pemberontakan Kristen, memulai serangkaian reformasi besar di awal abad ke-19. Penerima ide-ide reformasi ini adalah Sultan Selim III, yang naik tahta pada tahun dimulainya Revolusi Prancis. Sejak awal, upaya terbesarnya diarahkan pada pemulihan keuangan negara dan reformasi tentara. Tujuan utamanya adalah untuk mengatur kembali tentara menurut model baru. Bersamaan dengan ini, diperlukan organisasi administrasi dan keuangan yang baru.

Reformasi lebih lanjut

Tetapi rupanya Pesakitan Eropa tidak dapat sembuh dengan mudah. Tahun 1826, Sultan Mahmud II berhasil menyelesaikan masalah Yanisari dengan mengalahkan dan menghapuskan anggota unit infanteri elite.

Mahmud II juga memperkenalkan serangkaian tindakan progresif di Kekaisaran Ottoman, mengenai organisasi negara, militer, dan administrasi.

Dalam sejarah Ottoman, ia dikenang sebagai seorang pembaharu besar di semua bidang kehidupan. Seorang modernisasi yang hebat, Mahmud II memberikan contoh pribadi dengan mengenakan pakaian Eropa dan menghadiri konser, opera, dan balet di kedutaan asing. Bahasa Prancis di Istanbul menjadi tanda budaya. "Rupanya semua ini menyinggung banyak Muslim ortodoks dan institusi keagamaan ditinggalkan dari reformasi," ujar Rudalovic.

Tidak peduli seberapa progresif reformasi baru itu, selalu ada sesuatu yang menahan Kekaisaran Ottoman. Bahkan penguasa yang cakap, seperti Mahmud II tidak dapat mencegah apa yang akan terjadi. Pesakitan Eropa itu sedang sekarat karena penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Revolusi di Balkan

Selama berabad-abad, negara-negara Balkan mempertahankan identitas dan individualitas etnis dan spiritual mereka, hidup di bawah pemerintahan Ottoman. Hambatan sosial dan agama yang ada antara penguasa Muslim feodal dan Kristen mencegah pemulihan hubungan dan integrasi politik mereka. Itulah sebabnya orang-orang Balkan terlibat dalam Permasalahan Timur pada abad ke-19. Revolusi pertama pecah di Serbia, diikuti oleh revolusi di Yunani, Rumania, dan negara-negara lain yang berlangsung hingga tahun 1878.

Selama berabad-abad, negara-negara Balkan mempertahankan identitas dan individualitas etnis dan spiritual mereka, hidup di bawah pemerintahan Ottoman. Mereka pun akhirnya melakukan pemberontakan. (January Suchodolski)

Permasalahan Timur kembali menjadi pusat politik Eropa, ketika pemberontakan besar petani di Herzegovina pecah pada tahun 1875. Pemberontakan segera menyebar ke seluruh Bosnia. Serbia dan Montenegro membantu Bosnia dalam perang melawan Ottoman. Akibatnya, perang berkembang menjadi masalah Eropa kelas satu — Krisis Timur.

Dalam perang ini, Serbia dan Montenegro merebut kembali beberapa kota penting dan menambah wilayahnya. Rusia, sebagai pemenang perang pada Maret 1878, memberlakukan Perjanjian Damai San Stefano di Ottoman. Ketentuannya mengatur pembentukan negara Bulgaria yang besar di mana Rusia selanjutnya akan mengontrol Balkan.