Namun, ketika kedua kekaisaran mengambil sisi berlawanan dalam Perang Dunia I, Rusia akhirnya runtuh terlebih dahulu. Sebagian disebabkan karena pasukan Ottoman mencegah Rusia mendapatkan pasokan dari Eropa melalui Laut Hitam.
Tzar Nicholas II dan menteri luar negerinya, Sergei Sazanov, menolak gagasan untuk merundingkan perdamaian terpisah dengan kekaisaran. Padahal itu mungkin dapat menyelamatkan Kekaisaran Rusia.
Negara lain dengan sengaja melemahkan Kekaisaran Ottoman
“Ambisi kekuatan Eropa juga membantu mempercepat kehancuran Kekaisaran Ottoman,” jelas Eugene Rogan, direktur Pusat Timur Tengah di St. Antony's College.
Rusia dan Austria sama-sama mendukung kaum nasionalis pemberontak di Balkan untuk kepentingan mereka. Inggris dan Prancis sangat ingin mengukir wilayah yang dikuasai oleh Kekaisaran Ottoman di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Kekaisaran Ottoman memilih sisi yang salah dalam Perang Dunia I
Berpihak pada Jerman dalam Perang Dunia I mungkin menjadi alasan paling signifikan atas kehancuran Kekaisaran Ottoman.
Sebelum perang, Kesultanan Utsmaniyah menandatangani perjanjian rahasia dengan Jerman. “Ini ternyata merupakan pilihan yang sangat buruk,” tambah Keager.
Baca Juga: Peran Wanita Kekaisaran Ottoman di Masa Pemerintahan Suleiman Agung
Baca Juga: Satu Abad Terjerat Utang Asing, Kekaisaran Ottoman Tak Berdaya
Baca Juga: Dua Abad Sebelum Berakhir, Kekaisaran Ottoman Dijuluki Pesakitan Eropa
Baca Juga: Hürrem Sultan, Budak Rusia yang Jadi Permaisuri di Kekaisaran Ottoman
Dalam konflik berikutnya, tentara kekaisaran melakukan kampanye berdarah dan brutal di semenanjung Gallipoli untuk melindungi Konstantinopel dari serbuan pasukan Sekutu pada tahun 1915 dan 1916. Pada akhirnya, kekaisaran kehilangan hampir setengah juta tentara, sebagian besar karena penyakit. Dan ditambah sekitar 3,8 juta lebih yang terluka atau sakit. Pada Oktober 1918, kekaisaran menandatangani gencatan senjata dengan Inggris Raya dan keluar dari perang.
Jika bukan karena perannya yang menentukan dalam Perang Dunia I, sejarawan berpendapat bahwa kekaisaran mungkin akan bertahan. Mostafa Minawi, sejarawan di Universitas Cornell, percaya bahwa Kesultanan Utsmaniyah memiliki potensi untuk berkembang menjadi negara federal multietnis dan multibahasa yang modern.
Sebaliknya, menurutnya, Perang Dunia I memicu disintegrasi kekaisaran. “Kekaisaran Ottoman bergabung dengan pihak yang kalah,” katanya. Alhasil, saat perang berakhir, “Pembagian wilayah Kesultanan Utsmaniyah diputuskan oleh para pemenang.”
Enam hal di atas secara perlahan tapi pasti menjadi penyebab kejatuhan Kekaisaran Ottoman yang berkuasa selama 600 tahun lamanya.