Nationalgeographic.co.id - Dalam budaya Yunani kuno, Morpheus membentuk kehidupan semua orang, dari orang biasa hingga bangsawan tertinggi. Ia membawa mimpi kepada orang yang sedang tidur, yang ketika bangun, akan memotivasi mereka untuk bertindak.
Bagaimana kisah Morpheus, dewa tidur dan mimpi dalam mitologi Yunani kuno?
Morpheus sang dewa mimpi Yunani kuno
Orang Yunani kuno memandang mimpi sebagai pintu gerbang ke dunia tak dikenal yang, pada saat yang sama, mencerminkan kenyataan. “Mimpi sering dilihat sebagai ramalan atau pesan dari orang yang dicintai di akhirat,” tulis Bethany Williams di laman The Collector.
Morpheus, putra Hypnos, adalah dewa Mimpi. Namanya yang diterjemahkan sebagai transformasi mencerminkan perannya dalam mitologi Yunani. Dewa Morpheus menampakkan diri kepada makhluk yang tertidur dan membentuk mimpi mereka.
Morpheus adalah bagian dari Oneiroi, yang merupakan roh mimpi dan juga bersaudara. Sebagai pemimpin Oneiroi, ia memiliki kemampuan untuk memengaruhi mimpi para dewa dan raja.
Keahlian Morpheus dalam mengubah dirinya menjadi penampakan berhasil menipu bahkan orang yang paling cerdas sekalipun. Karena itu, dewa Yunani sering memilihnya sebagai utusan mereka untuk muncul dalam mimpi manusia.
Mimpi bisa membebaskan keinginan, harapan, dan imajinasi orang yang tertidur. Namun, mimpi seperti itu juga bisa menggambarkan realitas palsu. Bahkan, mimpi mampu membuat seseorang melakukan tindakan yang tidak diinginkan.
Mimpi Agamemnon
Dalam Iliad gubahan Homer, dewa Morpheus sering dikaitkan dengan roh mimpi tanpa nama yang dikirim Zeus ke Agamemnon.
Iliad menceritakan kisah Perang Troya, dan pada titik puisi ini, Zeus ingin memuliakan Achilles. Untuk melakukan ini, Agamemnon harus menderita kekalahan yang memalukan.
Oleh karena itu, Zeus mengirim Morpheus untuk menyampaikan mimpi harapan palsu. “Tujuannya adalah untuk mendorong Agamemnon membuat kesalahan strategi yang menghancurkan,” tambah Williams.