Nationalgeographic.co.id—Kaisar Tiberius tercatat dalam sejarah sebagai salah satu kaisar awal Romawi yang paling terkenal. Kisah-kisah yang mengelilinginya tak jauh dari skandal terlarang.
Tapi apa yang membuat kehidupan pribadinya begitu liar? Bagaimana dia menjadi seorang kaisar Romawi di tengah banyak skandal yang dialami? Simak kisahnya.
Awal Mula Tiberius menjadi Kaisar Romawi
Tiberius adalah kaisar kedua Roma, berkuasa ketika pendahulunya Augustus meninggal pada tahun 14 M pada usia lanjut 75 tahun.
Sebenarnya, Tiberius bukanlah pilihan pertama Augustus sebagai pewaris takhta Roma kuno. Tetapi para pemuda yang dipersiapkan Augustus untuk tahta - Gayus, Lucius, dan Marcellus - meninggal dalam keadaan misterius.
Banyak yang menuding istri Augustus dan ibu Tiberius, Livia, menuduhnya meracuni orang-orang ini atau mengatur kematian mereka. Apa pun kebenaran yang ada di balik tuduhan ini, pada saat kematian Augustus, Tiberius adalah satu-satunya pilihan yang tersisa.
Sebagai seorang pemuda, Tiberius relatif terkendali. Dia unggul sebagai seorang prajurit dan komandan, memimpin pasukan Romawi menuju kemenangan di Armenia dan Jerman. Sementara dia unggul dalam kampanye, namun Tiberius benci kembali ke Roma, dipaksa menjadi sorotan di tengah-tengah mata ibu kota sebagai calon pewaris.
Tiberius Jadi Politisi Buruk
Augustus pada akhirnya meninggal pada tanggal 19 Agustus 14 M, dikelilingi oleh teman dan keluarga di kota Nola, dekat Naples. Dalam sebulan, Senat meratifikasi posisi Tiberius sebagai kaisar, memberinya kekuasaan absolut sebagai penguasa Kekaisaran Romawi.
Meski Tiberius dikenal seorang prajurit yang menakutkan, namun dia terbukti sebagai politisi yang buruk. Tiberius sebagian besar absen dari menjalankan negara, lebih memilih untuk menyerahkan pekerjaan berat kepada orang-orang berkuasa di sekitarnya.
Sejanus, kepala Pengawal Praetorian, ikut memerintah sebagai penguasa de facto Kekaisaran Romawi sampai dia dituduh mendalangi kudeta terhadap Tiberius pada tahun 31 dan dihukum mati.
Ayah Caligula, Germanicus, juga memiliki pengaruh yang cukup besar di Roma sebagai seorang pangeran muda yang gagah. Dia mengobarkan kampanye dan memadamkan pemberontakan sampai kematiannya di Suriah pada tahun 19 Masehi.
Kehidupan pribadi sesat Tiberius
Sejak tahun 22 M, Tiberius menghabiskan lebih banyak waktu jauh dari Roma di wilayah selatan Campania dan Capri. Kemudian pada tahun 26, dia pindah ke Capri tanpa batas waktu, menyerahkan kekuasaan Kekaisaran Romawi kepada para senator. Sementara dia sibuk menuruti sifat buruknya.
Hanya selama pengasingannya di Villa Jupiter di pulau Capri (di mana jutaan turis masih berduyun-duyun setiap tahun) Tiberius Caesar mengungkapkan sepenuhnya kebejatannya.
Dinding istana kekaisaran penuh dengan gambar-gambar porno, seperti yang masih dipajang di dalam rumah bordil (lupanar) di Pompeii. Dan dengan pornografi sebagai latar belakangnya, Tiberius memerintahkan para kelompok anak laki-laki yang ‘bakatnya’ jelas untuk melakukan seks bertiga di depannya untuk merangsang libidonya yang lesu.
Baca Juga: Vila Gua Kaisar Romawi Tiberius dan Insiden yang Berujung Hukuman Mati
Baca Juga: Penemunya Dipenggal Kaisar, Teknik Kaca Fleksibel Romawi Ini Hilang
Baca Juga: Rentan Dibunuh, Kaisar Romawi Jadi Pekerjaan Paling Berbahaya
Baca Juga: Sisi Lain Julius Caesar, Kaisar Romawi Kuno Punya Banyak Gundik
Dari bejat secara seksual hingga sadis, selama jamuan makan Tiberius mengisi teman minumnya dengan anggur dalam jumlah besar sebelum mengikat mereka dengan sebuah pengikat di sekitar alat kelamin mereka sehingga mencegah mereka buang air kecil.
Tiberius diduga telah menyodomi dua anak laki-laki selama upacara pengorbanan di pulau itu, dan ketika mereka mengeluh bahwa kaki mereka patah. Dia juga melakukan pelecehan seksual terhadap wanita bangsawan. Hal ini menyebabkan seorang wanita bernama Mallonia trauma sehingga bunuh diri.
Apakah Tiberius benar-benar seburuk yang dikatakan orang?
Kita tidak akan pernah tahu persis sejauh mana cerita tentang kebejatan seksual Tiberius ini benar adanya. Tapi Tiberius dibenci oleh elit Romawi — jauh lebih dari pendahulunya Augustus. Dan sebaiknya kita ingat bahwa elit Romawilah, tradisi mereka diturunkan kepada kita dalam tulisan sejarah Tacitus dan Cassius Dio, seperti dikutip Walks Inside Rome.