Bonus Demografi untuk Mencetak Generasi Indonesia Berdaya Saing Global

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 25 Februari 2023 | 11:00 WIB
Pemuda Indonesia harus punya pendidikan dan keterampilan yang tinggi agar bisa bersaing secara global. (ITB)

Selain tingkat pendidikan yang rendah, lapangan kerja di Indonesia juga masih sedikit sehingga angka pengangguran di Indonesia saat ini masih cukup tinggi. Menurut data Badan Pusat statistik (BPS) per Agustus 2022, jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 8,4 juta. Porsinya 5,86% dari total angkatan kerja nasional.

Pengangguran paling banyak berasal dari kelompok usia 20-24 tahun, yakni 2,54 juta orang. Angka pengangguran usia muda ini setara 30,12% dari total pengangguran nasional.

Upaya pemerintah dari sisi pendidikan untuk mencetak generasi Indonesia yang mampu memecahkan permasalahan ekonomi ini adalah penerapan kurikulum Merdeka Belajar. Fokus kurikulum ini adalah aspek pengembangan minat, bakat, kreativitas, dan inovasi dalam studi permasalahan.

Selain itu, pemerintah juga menjalankan Kartu Prakerja dengan harapan masyarakat bisa menciptakan wirausaha sehingga terciptalah lapangan kerja. Ada pula dukungan pembiayaan UMKM dari pemerintah berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan usahanya.

Lebih lanjut, pemerintah juga berupaya membuka akses pendidikan bagi seluruh masyarakat hingga jenjang perguruan tinggi. Sejumlah program beasiswa dan bantuan dana pendidikan telah diluncurkan, mulai dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), hingga Dana Abadi Pendidikan.

Diaspora Bisa Jadi Solusi

Pepatah umum mengatakan, “Berpikirlah di luar kotak”. Namun, menurut pengusaha asal Amerika Serikat Tim Ferris, “Tidaklah cukup untuk berpikir di luar kotak. Berpikir itu pasif. Biasakan untuk bertindak di luar kotak.”

Setiap permasalahan atau tantangan sebaiknya memang ditinjau dan diperbaiki dari sisi dalam dan luar agar efektif dan efisien. Termasuk juga permasalahan rendahnya tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan di Indonesia.

Jika layanan pendidikan dan lapangan pekerjaan di dalam negeri terbatas, mengapa tidak mengambil yang ada di luar negeri? Bukankah banyak beasiswa yang ditawarkan oleh sekolah dan kampus luar negeri serta pekerjaan oleh perusahaan di sana?

Berkaca pada orang-orang Tiongkok, mereka terbiasa mencari penghasilan di luar negara ibu mereka sehingga mampu bersaing secara global. Demikian pula orang-orang India. Banyak diaspora mereka yang berhasil menjadi direktur perusahaan multinasional atau organisasi internasional dan ini turut memberikan dampak baik bagi negara asal mereka.

Berdasarkan laporan bertajuk International Migration 2020 Highlights yang dipublikasikan oleh Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), diaspora terbanyak di dunia berasal dari India. Sebanyak 17.869.492 orang India tinggal di luar negeri. Angka tersebut lebih banyak dari jumlah penduduk Jakarta, Bogor, dan Depok jika digabungkan.

Negara dengan jumlah diaspora terbesar lainnya adalah Rusia dengan 10.756.697 jiwa dan Tiongkok dengan 10.461.170 jiwa. Di Tingkat Asia Tenggara, meski jumlah penduduk Indonesia jauh lebih besar dari negara lain mana pun, jumlah diaspora Indonesia yang sebanyak 4.601.369 jiwa masih lebih kecil daripada diaspora Filipina yang mencapai 6.094.307 jiwa.