Dunia Hewan: Bagaimana Kucing Mendapatkan Garis-Garis Bulunya?

By Ricky Jenihansen, Senin, 6 Maret 2023 | 10:00 WIB
Kucing-kucing memiliki garis-garis bulu yang unik dan telah lama menjadi misteri. (AP)

Nationalgeographic.co.id—Kucing-kucing dengan garis-garis bulunya adalah sesuatu yang sangat menarik, mereka lucu dan menggemaskan dengan pola dan coraknya masing-masing. Tapi pernahkah Anda bertanya-tanya, bagaimana kucing mendapatkan garis-garis bulunya?

Sebuah studi baru tentang kucing domestik telah mengungkapkan gen mana yang memberi kucing pola bulu mereka yang khas dan mengisyaratkan bahwa genetika yang sama dapat memberi kucing liar, seperti harimau dan cheetah bulu khas mereka.

"Bagaimana kucing mendapatkan garis-garisnya adalah misteri berusia puluhan tahun dalam ilmu kehidupan," kata penulis senior Gregory Barsh, ahli genetika di Institut Bioteknologi HudsonAlpha di Huntsville, Alabama kepada Live Science.

Sekitar 70 tahun yang lalu, para ilmuwan mulai mengembangkan teori tentang mengapa dan bagaimana organisme memiliki pola periodik, seperti garis-garis pada zebra atau bagian-bagian tubuh ulat yang kaku.

Pada beberapa hewan, seperti ikan zebra, pola ini muncul karena susunan berbagai jenis sel.

"Tapi pada mamalia, sel kulit dan rambut persis sama di seluruh tubuh, dan pola warna muncul karena perbedaan aktivitas genetik antara, katakanlah, sel di bawah garis gelap dan sel di bawah garis terang," kata Barsh.

Jadi pertanyaan tentang bagaimana kucing mendapatkan garis-garisnya bermuara pada bagaimana dan kapan berbagai gen aktif dalam sel mereka dan bagaimana gen tersebut memengaruhi perkembangan hewan. Singkatnya, ini rumit.

Tapi sekarang, dalam sebuah studi baru, yang diterbitkan di jurnal Nature Communications, Barsh dan rekannya mengidentifikasi beberapa gen yang bekerja sama untuk memberikan pola bulu pada kucing.

Kucing besar juga memiliki genetik yang sama sehingga memiliki pola garis-garis yang khas. ( EUROPEAN WILDERNESS SOCIETY)

Satu gen, yang disebut Transmembran aminopeptidase Q (Taqpep), telah mereka identifikasi sebelumnya, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Science.

Kucing yang membawa satu versi gen Taqpep berakhir dengan garis-garis gelap dan sempit, sedangkan kucing dengan versi mutan dari gen tersebut memiliki "lingkaran besar" bulu gelap, versi dari gen tersebut paling umum pada kucing liar.

Untuk menyelidiki gen tambahan apa yang mungkin membentuk beragam tanda pada bulu kucing, tim mulai mengumpulkan jaringan yang dibuang dari klinik yang memandulkan kucing liar. Beberapa rahim kucing yang direseksi mengandung embrio yang tidak dapat hidup, yang diperiksa oleh para peneliti di laboratorium.

Mereka memperhatikan bahwa, pada usia sekitar 28 hingga 30 hari, embrio kucing mengembangkan daerah kulit "tebal" dan "tipis".

Pada tahap perkembangan selanjutnya, kulit tebal dan tipis memunculkan folikel rambut yang menghasilkan berbagai jenis melanin, yaitu eumelanin untuk bulu gelap, dan pheomelanin untuk bulu terang.

Hebatnya, "mekanisme perkembangan yang bertanggung jawab untuk pola warna terjadi di awal perkembangan, sebelum folikel rambut terbentuk dan di dalam sel yang sebenarnya tidak membuat pigmen apa pun melainkan berkontribusi pada struktur folikel rambut," kata Barsh.

Melihat pola ini, tim memeriksa gen mana yang aktif mengarah ke perkembangan kulit tebal, untuk melihat apakah gen tertentu mengarahkan pembentukan pola tersebut.

Tim menemukan bahwa, pada embrio berusia 20 hari, beberapa gen yang terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan sel tiba-tiba menyala di kulit yang kemudian ditakdirkan untuk menebal dan memunculkan folikel penghasil bulu gelap.

Baca Juga: Dunia Hewan: Tersisa 150 Ekor, Kucing Besar Eropa Terancam Punah

Baca Juga: Kucing Pernah Menghilang Selama 7 Juta Tahun dari Amerika Utara

Baca Juga: Dunia Hewan: Otak kucing Menyusut dan Itu Semua Salah Manusia

Baca Juga: Berasal Dari Timur Tengah, Sejak Kapan Penjinakan Kucing Dimulai?

Temuan ini mendukung teori yang dikembangkan perintis komputasi Alan Turing pada 1950-an, Science Magazine melaporkan.

Turing mengusulkan bahwa pola periodik hewan, seperti kucing belang, muncul ketika molekul "aktivator" meningkatkan produksi molekul "penghambat", dan kedua molekul ini berbaur dalam jaringan yang sama.

"Pengamatan kami sampai saat ini hanya pada kucing domestik," kata Barsh.

"Sangat mungkin bahwa molekul dan mekanisme yang dipelajari pada kucing domestik berlaku untuk lebih dari 30 spesies kucing liar, tetapi kita perlu melakukan studi tambahan pada DNA kucing liar untuk mengetahuinya dengan pasti."

Di luar kucing liar, tim ingin mempelajari apakah mekanisme yang sama juga berlaku pada mamalia yang berkerabat jauh, seperti zebra dan jerapah.