Demi Tebus Kesalahan, Kaisar Tiongkok Zhentong Naik Takhta Dua Kali

By Sysilia Tanhati, Jumat, 17 Maret 2023 | 16:00 WIB
Ketika naik takhta, Kaisar Zhentong melakukan kesalahan yang membahayakan dinasti. Kaisar Tiongkok ini menebus kesalahannya di kesempatan kedua. Namun ia kerap dikritik karena kesalahannya yang ceroboh. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Setiap dinasti di Kekaisaran Tiongkok memiliki kaisar yang tidak cakap. Misalnya Kaisar Zhentong dari Dinasti Ming. Di masa pemerintahannya, ia hampir menghancurkan Dinasti Ming yang sedang berkembang itu. Namun selalu ada kesempatan kedua, termasuk bagi sang kaisar. Naik takhta dua kali, kaisar Tiongkok ini menebus kesalahan yang dilakukan di masa pemerintahan sebelumnya.

Lahir dengan nama Zhu Qizhen (1427—1464), ia naik takhta sebagai Kaisar Zhengtong atau Kaisar Yingzong dari Dinasti Ming. Berikut kisah kepemimpinannya di Kekaisaran Tiongkok.

Kaisar bocah dengan wakil penguasa yang cemerlang

Zhu Qizhen adalah anak laki-laki pertama dari Kaisar Xuande yang luar biasa dan Lady Sun. Ia dinominasikan sebagai putra mahkota beberapa bulan setelah kelahirannya.

Ketika dia berusia delapan tahun, dia naik takhta setelah ayahnya meninggal di usia muda. Ia menjadi Kaisar Zhentong dari Dinasti Ming.

"Untungnya, ia memiliki nenek yang cerdas, Ibu Suri Zhang, dan beberapa menteri luar biasa," tulis Gloria Lotha di laman Britannica. Mereka membantunya dengan sangat baik, memastikan kekaisaran makmur dan stabil.

Sekitar sepuluh tahun kemudian, semua wakil penguasa itu meninggal dunia. Kaisar muda akhirnya sepenuhnya bertanggung jawab atas kekaisaran dan mulai membuat semua keputusan sendiri.

Kepercayaan absurd Kaisar Zhengtong pada Kasim Wang Zhen

Alih-alih memilih pejabat cerdas, Zhentong mempercayai segala urusan politik pada kasim terdekatnya. Kasim favoritnya bernama Wang Zhen yang telah lama melayani sang kaisar.

Ketika Ibu Suri Zhang masih hidup, dia selalu ketat dengan para kasim, terutama Wang Zhen. Dia memperingati Wang beberapa kali untuk menjauh dari politik.

Tetapi setelah Kaisar Zhengtong memimpin sendiri, Wang mulai mendapatkan lebih banyak kekuasaan. Ia memanipulasi keputusan politik dan mengumpulkan suap yang tak terhitung jumlahnya. Banyak pejabat yang jujur ​​dijebak atau diturunkan pangkatnya oleh Wang juga.

Perang Ekspedisi Utara dengan perintah sembrono

Beberapa tahun kemudian, Oriats Mongol mulai menginvasi Dinasti Ming dengan alasan kurangnya penghargaan dari Ming.

Wang Zhen sangat senang mendengar tentang invasi tersebut. Sang kasim pun membujuk Kaisar Zhengtong untuk memimpin pasukan untuk melawan dan mencalonkannya sebagai jenderal.

Ketika pejabat dan marsekal yang berbakat sangat tidak setuju dengan keputusan sembrono ini. Namun kaisar lebih percaya pada kasimnya. Ia pun memimpin sekitar 250.000 prajurit kelas satu Dinasti Ming dan berbaris ke utara.

Kaisar Zhentong dari Dinasti Ming Kekaisaran Tiongkok yang naik takhta dua kali. (Musée national du palais)

Sebagai kaisar, Zhentong ingin menjadi pemimpin dengan prestasi militer yang luar biasa, seperti para pendahulunya. Maka ia pun membawa semua tentara dan pejabat terbaik yang merupakan kekuatan utama Dinasti Ming.

Namun, Kaisar Zhengtong tidak pernah mendengarkan saran mereka. Sebaliknya, dia hanya percaya pada Wang Zhen, seorang kasim yang tidak memiliki pengalaman militer.

Pada akhirnya, puluhan ribu tentara kelas satu mendapat perintah konyol kasim Wang Zhen. Mereka terus berbaris tanpa rencana yang jelas atau arah yang tepat. Hal ini menyebabkan masalah pasokan yang parah. Di tengah kelaparan dan kelelahan, pasukan menghadapi pembantaian skala besar pasukan kavaleri nomaden yang telah dipersiapkan dengan baik.

Kegagalan militer pertama dan terparah selama 81 tahun Dinasti Ming berkuasa

Ini adalah Krisis Benteng Tumu pada 1449, kegagalan militer pertama namun terbesar selama 81 tahun Ming berkuasa.

Banyak menteri sipil yang cerdas dibantai dalam pertempuran itu. Para pejuang dan jenderal hebat mengorbankan hidup untuk melindungi kaisar.

Sekitar 60.000 hingga 70.000 tentara terhebat dibantai di sana, sebagian besar bahkan tidak memiliki kesempatan untuk melawan. Sisanya terluka atau ditangkap bersama Kaisar Zhentong.

Kekuatan utama Dinasti Ming yang kuat merupakan pasukan yang didirikan kakek buyutnya Kaisar Zhu Di. Mereka tak terkalahkan selama beberapa dekade. Namun semua tewas dalam sekejap akibat kebodohan kaisar dan kasim.

Ini adalah titik balik Dinasti Ming dalam sejarah Tiongkok ketika Dinasti Ming berubah menjadi mode pertahanan di perbatasan utara.

Kaisar Zhentong menjadi tawanan Oriats Mongol

Kasim Wang Zhen dibunuh oleh seorang jenderal Ming dalam kekacauan dan kaisar ditangkap oleh Oriats Mongol.

Dinasti Ming tidak ingin diancam oleh rezim nomaden, jadi satu-satunya saudara laki-laki Zhentong didukung untuk menjadi kaisar baru.

Sementara itu, Dinasti Ming menolak untuk membayar tebusan, bernegosiasi, atau memindahkan ibu kota ke kota yang lebih aman di selatan. Mereka memilih untuk melawan.

Oriats Mongol membawa mantan Kaisar Zhengtong dan meminta jenderal Ming untuk membayar tebusan atau membuka gerbang Tembok Besar. Namun tidak satu pun dari jenderal Ming yang menurut.

Yexian, penguasa Oriats Mongol, menjadi sangat marah. Maka dia memimpin pasukan kavaleri terbaiknya dan berbaris menuju ibu kota Beijing. Seluruh keluarga kekaisaran dan pemerintah Ming dikepung di dalam kota Beijing oleh pasukan pengembara yang agresif.

Itu terjadi hanya empat bulan setelah kerugian besar dalam Krisis Benteng Tumu. Saat itu, Dinasti Ming berada dalam situasi parah antara hidup dan mati. Jika mereka gagal, dinasti akan berakhir, dan bangsa akan jatuh ke dalam perpecahan dan kekacauan lagi.

Namun ada pejabat luar biasa bernama Yu Qian memimpin tentara yang tersisa. Pasukan berhasil melindungi ibu kota dan mengalahkan para penyerang beberapa kali. Di bawah perintah luar biasa Yu Qian, Dinasti Ming selamat dari krisis hidup dan mati ini.

Yexian yang tidak bisa mengalahkan Dinasti Ming pun kembali ke utara.

Nasib mantan Kaisar Zhentong sebagai tawanan

Saat menjadi tawanan Oriats Mongol, Zhentong berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang dan menjaga kesopanannya. Dia tidak menyerah kepada para bangsawan nomaden atau memohon untuk hidupnya.

Meski tidak memiliki keterampilan militer yang luar biasa seperti leluhurnya, tetapi dia mewarisi martabat mereka.

Anehnya, Kaisar Zhentong juga tidak mendapatkan banyak penghinaan. Sebaliknya, penjaga nomadennya akan senang melayani dan dengan tulus menghormatinya. Lord Yexian bahkan mencoba menikahkan adik perempuannya dengan Zhentong, tetapi dia menolak.

Selain itu, Zhentong menjadi teman dekat saudara laki-laki Lord Yexian, orang terkuat kedua di rezim itu. Dia sering mengunjungi dan berbicara dengan Zhentong dan melindungi serta menghormatinya sebagai teman baik dan kaisar.

Zhentong kembali ke Beijing

Satu tahun setelah ditangkap dalam Krisis Benteng Tumu, Zhentong dikirim kembali ke Beijing oleh teman-teman nomadennya.

Salah satu alasannya adalah Lord Yexian tidak dapat menaklukkan atau mendapatkan apa pun dari Dinasti Ming. Jadi tidak ada gunanya mempertahankan mantan kaisar yang ceroboh itu.

Namun, kaisar Ming yang berkuasa, Kaisar Jingtai tidak ingin mengembalikan takhta setelah menikmati kekuasaan. Maka Zhentong dan keluarganya pun dipenjara kembali di istana lain.

Berbeda dengan kondisi di Oriats Mongol, selama ditawan di Beijing, mereka diawasi dengan ketat dan diperlakukan dengan buruk.

Istri Zhentong, mantan ratu yang terhormat, perlu menjual hasil sulamannya agar memiliki pemasukan.

Kesempatan kedua Kaisar Zhengtong

Tujuh tahun kemudian, Kaisar Jingtai, yang tidak memiliki putra yang masih hidup, sakit parah.

Beberapa oportunis kemudian memulai kudeta dan menyambut Zhentong kembali ke istana untuk merebut kembali takhta. Setelah itu, sebagai imbalannya, Zhentong memenjarakan saudaranya sampai kematiannya.

Baca Juga: Nubuat, Kunci para Kaisar Tiongkok dalam Mempertahankan Takhta

Baca Juga: Putri Ningguo dan Perebutan Takhta Kaisar Tiongkok Dinasti Ming

Baca Juga: ​Fang Xiaoru, Kesetiaan Menteri Kaisar Tiongkok yang Dibalas Mutilasi

Baca Juga: Gaozong, Kaisar Tiongkok yang Harus Memilih Martabat atau Kedamaian 

Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan kedua, tetapi Kaisar Zhengtong beruntung. Setelah kegagalan militer besar dan delapan tahun dipenjara, Kaisar Zhentong kali ini mencoba menjadi kaisar yang baik.

Dia mencalonkan beberapa menteri berbakat dan dengan rajin bekerja dengan mereka. "Zhentong menghapus sistem di mana selir kekaisaran tanpa anak harus dikubur hidup-hidup bersama dengan kaisar yang meninggal dunia," tambah Lotha.

Namun ia mengeksekusi Yu Qian, pejabat hebat yang menyelamatkan Dinasti Ming dari krisis, karena dianggap berkhianat. Banyak pejabat lain yang mendukung Kaisar Jingtai dipenjara atau dieksekusi.

Kaisar Zhentong juga dikritik karena kebodohannya di masa lalu dan menempatkan kekaisaran dalam bahaya besar. Juga, dia bertanggung jawab atas kematian puluhan ribu orang.

Namun di kesempatannya yang kedua, Kaisar Zhengtong adalah pemimpin yang mencoba menebus kerugian besar yang telah dia timbulkan.