Kesaksian Keindahan Ramadan Zaman Kekaisaran Ottoman di Turki

By Galih Pranata, Kamis, 23 Maret 2023 | 13:00 WIB
Matahari terbenam di atas Masjid Biru di Istanbul. Ketika Ramadan menjelang, matahari terbenam yang menyelimuti Kekaisaran Ottoman adalah bagian terindah. (Anastasia)

Nationalgeographic.co.id—Pada tahun 1840, Horatio Southgate, seorang misionaris Kristen berusia 28 tahun dari Amerika Serikat, mengunjungi tanah bekas Konstantinopel—sekarang Istanbul—di era Kekaisaran Ottoman atas perintah uskup agungnya.

Ketika berjalan menyusuri keindahan kota, sontak ia dikejutkan oleh suara meriam yang ditembakkan ke udara pada 8 Desember siang, pertanda bahwa keesokan harinya Ottoman memulai bulan Ramadan.

Melalui tulisan-tulisannya, Southgate membuat pengamatan yang cukup mendetail tentang kehidupan di Istanbul, terutama selama Ramadan. Ia merekam momen yang tak terlupakan sepanjang hidupnya.

Yusuf Kamadan menulis kepada TRT World dalam artikel berjudul How foreigners experienced Ramadan in Ottoman-era Istanbul yang diterbitkan pada 2 April 2022. Ia menggambarkan kesaksian Southgate selama bulan Ramadan di Istanbul.

"Bazar terbuka dan bisnis terus berjalan, meski tidak dengan aktivitas dan semangat yang diinginkan," tulisnya dalam salah satu memoarnya.

Efek berpuasa yang melelahkan dan sifat musim panas yang menekan aktivitas dan usaha sekuler. Semua menjadikan masyarakat Ottoman menjadi fokus membaca Alquran di rumah, saat tidak melakukan aktivitas fisik yang berat.

Suasana kedai kopi Kekaisaran Ottoman, oleh Amadeo Preziosi pada pertenghan abad ke-19. Menurut Horatio Southgate, waktu berbuka puasa ditandai dengan tembakan meriam ke angkasa yang diikuti dengan suara azan. (Public Domain)

Perjalanan Horatio Southgate ke Istanbul telah mewujudkan minat lama Barat dalam memahami dunia Timur. Di mata orang Barat, dunia Islam tidak diragukan lagi diwakili oleh Kekaisaran Ottoman selama berabad-abad.

Citra kerajaan Turki yang kuat namun mistis yang dipimpin oleh seorang sultan yang kuat namun baik hati, yang memerintah dari ibu kota Istanbul yang indah. Kabar ini telah menggelitik imajinasi Barat tentang dunia Islam sejak lama, terutama sejak abad ke-16 dan seterusnya.

Karena moda transportasi modern baru seperti kereta api dan kapal uap meningkatkan mobilitas, banyak orang Eropa berbondong-bondong ke tanah Ottoman pada abad ke-18 dan ke-19 untuk memuaskan kerinduan mereka melihat dunia Timur.

"Southgate mengatakan bahwa puasa Ramadan yang bertepatan dengan musim panas sangat berat, terutama bagi para pekerja miskin yang harus bekerja dari pagi hingga sore," imbuh Yusuf.

Berbagi anekdot, Southgate mengatakan bahwa dia pernah menyewa caique bersama dengan dua pendayung untuk mengunjungi desa yang jauh. Para tukang perahu mendayung perahu sepanjang hari dan saat matahari terbenam.

Ketika terbenamnya matahari, saat suara meriam ditembakkan ke udara diikuti dengan suara azan yang dikumandangkan oleh ratusan Muadzin, menandai berakhirnya puasa, mereka mulai berbuka puasa secara serentak.

"Para tukang perahu yang, meskipun tampaknya cukup lelah, telah menarik dayung mereka dengan sabar sehingga kelak waktunya adzan berkumandang, mereka telah bersiap untuk berbuka puasa," aku Southgate.

Baca Juga: Simpan Banyak Misteri, Kuburan Ottoman Tetap Bertahan Ditempa Waktu

Baca Juga: Perjuangan Kaisar Ottoman Hadapi Wabah Black Death selama 600 Tahun

Baca Juga: Mengapa Kekaisaran Ottoman Mengubah Hagia Sophia Menjadi Masjid?

Baca Juga: Mengungkap Pengaruh Agama dalam Struktur Sosial Kekaisaran Ottoman 

Tidak ada ekspresi emosi lain selain seruan kegembiraan yang menenangkan, saat suara Muadzin bergulir di sepanjang aliran sungai. Lantas, mereka makan dan minum secukupnya untuk menghilangkan rasa dahaga, kemudian melanjutkan dayung mereka.

Southgate tak lupa menyampaikan suasana penuh warna di Istanbul usai berbuka puasa. Menurutnya, matahari terbenam adalah acara paling menarik hari itu. "Saat matahari terbenam, seluruh populasi Muslim Ottoman tampak tiba-tiba seperti terbangun," terusnya.

Seketika Kota Istanbul menjadi ramai. Sudut jalanan kota dipenuhi dengan kerumunan muslim yang bergegas ke segala arah dalam keaktifan yang tidak biasa, sementara toko roti dikelilingi oleh pelanggan mereka.

Pembuat manisan, di sisi lain, menampilkan makanan mereka yang paling lezat dengan konter berjejer dan didekorasi dengan indah. Suasana siang yang panas dan senyap, seketika berganti ramai riuh setelah adzan berkumandang di sore hari. 

"Betapa indahnya Ramadan di Istanbul," kenangnya.