Xiongnu, Kekaisaran Nomaden Pertama yang Multietnik di Stepa Mongolia

By Sysilia Tanhati, Minggu, 16 April 2023 | 12:00 WIB
Kekaisaran nomaden pertama, Xiongnu, merupakan kekaisaran yang multietnik. Fakta ini diketahui dari hasil penelitian DNA kuno. (Galmandakh Amarsanaa/DailyCultures Project)

“Anak-anak menerima perawatan kamar mayat yang berbeda tergantung pada usia dan jenis kelamin. Ini memberikan petunjuk tentang usia di mana jenis kelamin dan status dianggap berasal dari masyarakat Xiongnu,” kata penulis senior Dr. Christina Warinner.

Baca Juga: Etnis Avar yang Jadi Faktor Kejatuhan Romawi Berasal dari Asia Timur

Baca Juga: Kubilai Khan, Kaisar Tiongkok Pertama yang Berasal dari Suku Nomaden

Baca Juga: Membuka Yassa: Kitab Undang-Undang Genghis Khan yang Menakjubkan

Remaja laki-laki Xiongnu berusia 11-12 tahun dikubur dengan busur dan anak panah, mirip dengan laki-laki dewasa. Namun anak laki-laki yang lebih muda tidak. Hal ini menunjukkan bahwa peran sosial gender dari pemburu dan pejuang baru dimulai saat remaja.

Warisan Xiongnu

Kekaisaran Xiongnu berakhir pada akhir abad ke-1 Masehi. Namun temuan penelitian menunjukkan bahwa warisan sosial dan budaya Xiongnu yang bertahan lama.

“Tradisi nomaden putri elite yang telah lama memainkan peran penting dalam kehidupan politik dan ekonomi kekaisaran, terutama di daerah pinggiran. Itu adalah sebuah tradisi yang dimulai oleh Xiongnu dan berlanjut lebih dari seribu tahun kemudian di bawah Kekaisaran Mongol,” kata Dr. Jamsranjav Bayarsaikhan, arkeolog proyek.

Sementara sejarah kadang-kadang menganggap kekaisaran nomaden rapuh dan berusia pendek, tradisi kuat mereka tidak pernah musnah.

Sebagai kekaisaran nomaden pertama di stepa Mongolia, tidak banyak yang diketahui dari Xiongnu. Penelitian ini mengungkap beberapa fakta penting soal Xiongnu, mulai dari politik, multietnik, hingga peran wanita di kekaisaran.