Nationalgeographic.co.id—Hachiman adalah dewa perang dan pelindung dalam mitologi Jepang. Dia dipuja sebagai dewa Shinto, unsur Buddha dimasukkan ke dalam dewa ini, setelah kedatangan agama terakhir di Jepang pada pertengahan abad ke-6 Masehi.
Selain itu, Hachiman termasuk dalam panteon Buddha, dan disembah oleh umat Buddha.
Hachiman umumnya diidentifikasi sebagai Kaisar Ojin yang didewakan (201-310 M) dan disembah di kuil Hachiman di seluruh negeri.
Di kuil-kuil ini, Hachiman biasanya dihormati bersama ibunya, yang juga didewakan, sebagai dewi Hime Okami.
Hachiman juga dikenal sebagai Yahata no Kami, dan namanya secara harfiah diterjemahkan menjadi Dewa Delapan Panji.
Nama ini menghubungkan dewa tersebut dengan Kaisar Ojin, karena dikatakan delapan panji surgawi muncul pada saat kelahiran kaisar. Ojin adalah sosok semi-legendaris yang dipercaya sebagai kaisar Jepang ke-15.
Selain itu, banyak kontribusi politik dan budaya penting bagi masyarakat Jepang dikaitkan dengan Ojin. Misalnya, kaisar dikreditkan dengan konsolidasi kekuasaan kekaisaran, dan institusi reformasi tanah.
Selain itu, ia diyakini sebagai promotor aktif pertukaran budaya dengan Korea dan Tiongkok.
Berkat interaksi asing ini, teknik tenun Korea, sistem tulisan Tiongkok, dan Konfusianisme diperkenalkan di Jepang.
Warisan Kaisar Ojin: Didewakan Sebagai Hachiman
Menurut tradisi, makam Ojin berada di Habikino tidak jauh dari Osaka. Makam kaisar adalah jenis yang dikenal dalam bahasa Jepang sebagai "kofun" yang berarti "gundukan tua", sekitar 160.000 di antaranya telah diidentifikasi di seluruh Jepang.
Kofun Ojin adalah kofun terbesar kedua di Jepang, berukuran panjang 425 m. Satu-satunya kofun lain yang lebih besar dari milik Ojin adalah milik Kaisar Nintoku, penerus langsungnya, yang panjangnya 486 meter, tidak termasuk parit dan benteng di sekitarnya.