Alasan lainnya adalah karena Minamoto adalah klan pejuang, Hachiman, sebagai dewa perang, sangat cocok dengan mereka.
Ada banyak contoh yang menunjukkan hubungan erat antara Minamoto dan dewa perang ini.
Misalnya, Minamoto Yoriyoshi mendedikasikan kuil Hachiman untuk berterima kasih kepada dewa atas kemenangan militer, sedangkan putranya, Yoshiie, dijuluki Hachiman Taro karena kecakapan militernya.
Yoshiie bahkan diyakini sebagai reinkarnasi dari Hachiman sendiri. Dalam satu cerita, saat Yoshiie berkampanye melawan Ainu di ujung utara Jepang, pasukannya kehabisan air, dan Yoshiie berdoa kepada Hachiman untuk pembebasan.
Dewa menyuruh Yoshiie untuk menembakkan panah ke batu, dan dia melakukannya.
Air menyembur keluar dari batu, sehingga menyelamatkan tentara dari dehidrasi.
Kemudian, selama Perang Genpei, klan Minamoto yang dipimpin oleh Yoritomo mengalahkan saingan mereka, klan Taira, dan mendirikan Keshogunan Kamakura.
Minamoto mengaitkan kesuksesan mereka sebagian dengan perlindungan ilahi Hachiman. Pada masa keshogunan Kamakura, Hachiman menjelma menjadi pelindung bangsa Jepang.
Pada tahun 1274 dan 1281 M, bangsa Mongol yang memerintah Tiongkok saat Dinasti Yuan berusaha menginvasi Jepang.
Namun, pada kedua kesempatan tersebut, armada Mongol dihancurkan oleh topan yang kuat, yang disebut oleh Jepang sebagai "kamikaze" (secara harfiah berarti "angin dewa").
Akibatnya, Jepang diselamatkan dari bangsa Mongol. Secara umum diyakini bahwa topan dikirim oleh Hachiman untuk menyelamatkan Jepang dari penjajah, dan dengan demikian dewa menjadi pelindung bangsa Jepang.
Topan yang dikirim oleh Hachiman menunjukkan bahwa dewa ini tidak hanya pelindung perang agresif, tetapi juga memiliki sisi perlindungan padanya.