Meski dalam kondisi damai, Dinasti Josen harus menghadapi ancaman invasi, terutama dari Jurchen.
Hal ini membuat kekaisaran harus terus mempersiapkan pasukan yang mampu menghalau penyusup.
Namun, ancaman yang akan datang dari timur adalah kartu liar tak terduga. Dinasti Joseon tidak bersiap untuk menghadapi Kekaisaran Jepang yang ambisius dan baru bersatu itu.
Invasi pertama yang dramatis
Pada tahun 1592, ketenangan semenanjung Korea terganggu oleh serangan mendadak samurai Kekaisaran Jepang yang tangguh.
Impian ambisius Hideyoshi akhirnya hampir terwujud. Strateginya cepat dan berani. Ia dan para samurai melakukan serangan mendadak dengan kekuatan luar biasa.
Serangan itu dilakukan untuk menggulingkan Dinasti Joseon dan membangun basis untuk fase selanjutnya dari rancangan besarnya. Rencana terbesarnya adalah penaklukan Kekaisaran Tiongkok.
Invasi gelombang pertama terdiri dari 158.000 samurai berpengalaman dari era Sengoku dan rekrutan baru.
Para samurai dengan cepat maju, merebut benteng Busan dan Dongnae dengan perlawanan minimal.
Pada bulan Juni, samurai telah mencapai ibu kota, Hanseong. Pasukan Hideyoshi secara efektif mendorong Raja Seonjo ke utara menuju Sungai Yalu.
Keberhasilan awal Kekaisaran Jepang ini dapat dikaitkan dengan taktik dan persenjataan mereka yang unggul.
Arquebus mereka, jenis senjata api awal, memberi keuntungan yang signifikan atas pasukan Korea. Saat itu, pasukan Korea masih bergantung pada busur dan anak panah tradisional.