Kemenangan di laut ini terbukti sangat penting dalam membendung kemajuan samurai Jepang. Di saat yang sama, kemenangan tersebut memperkuat moral Korea pada saat krisis nasional.
Di darat, campur tangan Kekaisaran Tiongkok secara dramatis mengubah lanskap perang. Pasukan gabungan Korea dan Tiongkok melancarkan serangan balasan.
Tujuannya adalah untuk merebut kembali wilayah yang hilang akibat invasi Kekaisaran Jepang.
Pengepungan Pyongyang pada Januari 1593 menandai kemenangan bersama pertama yang signifikan. Saat itu, kedua kekaisaran berhasil merebut kembali kota dari pasukan Jepang.
Namun, pertempuran darat ini brutal dan mahal. Pengepungan Pyongyang, misalnya, mengakibatkan banyak korban di kedua belah pihak.
Dalam konflik yang mengerikan ini, tentara dan warga sipil jadi korban. Hal ini adalah pengingat yang gamblang tentang korban manusia dari ambisi besar Hideyoshi.
Di saat pasukan tiga kekaisaran saling bertarung, upaya diplomatik dilakukan untuk menegosiasikan resolusi damai.
Terlepas dari keberhasilan militer, perang telah membawa kesulitan besar bagi semua pihak yang terlibat. Oleh karena itu, keinginan untuk perdamaian semakin meningkat.
Hideyoshi segera menyadari bahwa rencana awalnya untuk penaklukan cepat telah digagalkan. Ia pun menerima negosiasi.
Penghentian konflik
Periode negosiasi yang tegang, persiapan perang, dan perdamaian relatif terjadi antara tahun 1593 dan 1597.
Masa ini adalah masa transisi dan strategi, menandai pergeseran dari medan perang ke meja perundingan.