“Alat ini dapat menghitung bujur ekliptika bulan dan matahari, fase bulan, fase sinodis planet-planet, hari-hari yang tidak termasuk dalam Kalender Metonik, dan siklus Olimpiade, di antara banyak hal lainnya,” terang Brinkhof.
Baja Damaskus
Pedang baja Damaskus berasal dari Timur Tengah pada abad ke-9 dan terkenal karena penampilan serta daya tahannya.
Disebutkan pedang ini memiliki kekuatan dan ketajaman beberapa kali lipat daripada pedang Barat yang digunakan selama perang salib.
Pedang ini memiliki pola yang menyerupai seperti air mengalir pada bagian bilahnya. Menurut Brinkhof, pla indah ini dihasilkan selama proses penempaan yang unik.
“ ... batangan kecil baja wootz yang bersumber dari India, Sri Lanka, atau Iran dilebur dengan arang dan didinginkan dengan kecepatan yang sangat lambat,” jelas Brinkhof.
Permintaan baja Damaskus tetap tinggi selama berabad-abad, tetapi secara bertahap berkurang karena pedang digantikan dengan senjata api dalam konflik bersenjata. Di pertengahan abad ke-19, rahasia proses produksinya tampaknya hilang.
Ketertarikan terhadap pedang direvitalisasi oleh C.S. Smith, seorang ahli metalurgi yang bekerja pada Proyek Manhattan.
Sayangnya, baja Damaskus tidak akan pernah bisa dibuat ulang secara otentik karena baja wootz sudah tidak tersedia lagi. Namun, sejak tahun 1960-an, para peneliti telah mencoba mengembangkan teknik penempaan baru yang dapat mencapai hasil yang serupa.
Pengembangan ini masih terus berlangsung; satu studi dari tahun 2018 mengklaim bahwa menambahkan elemen pembentuk karbida dalam jumlah kecil seperti Vanadium (V) adalah cara yang tepat.
Houfeng Didong Yi