Menariknya, kelompok pasukan ini sangat terstruktur. Dengan hierarki yang ketat dan kode etik yang dikenal sebagai Kyokuchū Hatto, yang mengatur segalanya mulai dari peraturan seragam hingga perilaku baik di dalam maupun di luar kelompok.
Pelanggaran terhadap peraturan ini, termasuk kesetiaan kepada Shogun dan larangan perkelahian pribadi, dapat mengakibatkan seppuku, suatu bentuk ritual bunuh diri.
Insiden Ikedaya
Insiden Ikedaya pada tahun 1864 adalah titik balik utama dalam sejarah Shinsengumi membangun reputasinya sebagai kekuatan yang kuat.
Insiden itu adalah tindakan keras yang diatur terhadap anti-Shogun di Choshu-berencana untuk membakar Kyoto dan menculik kaisar.
Intervensi Shinsengumi mengakibatkan rencana ini digagalkan, menyelamatkan Kyoto dari potensi bencana. Insiden tersebut membuat Shinsengumi mendapat pengakuan Keshogunan, yang menyebabkan peningkatan jumlah dan pengaruh mereka.
Shinsengumi juga terlibat dalam berbagai kegiatan kepolisian yang bertujuan menjaga ketertiban di Kyoto.
Tugas ini termasuk patroli, penyelidikan, dan konflik langsung melawan ronin dan berbagai faksi anti-Shogun yang menyebabkan gangguan di kota.
Mereka juga bertugas memberikan keamanan selama kunjungan Kaisar ke istana kekaisaran Kyoto.
Peristiwa penting lainnya adalah Insiden Aburanokōji pada tahun 1865. Seorang anggota Shinsengumi, Takeda Kanryūsai, dituduh menjadi mata-mata domain Choshu musuh.
Hukuman yang dijatuhkan adalah seppuku, menggarisbawahi keseriusan Shinsengumi menganggap segala bentuk pengkhianatan.
Dalam lanskap politik saat itu, Shinsengumi juga berperan dalam mendukung domain Aizu dan Satsuma, keduanya sekutu Keshogunan, dalam oposisi mereka melawan domain Choshu.