Menurut Koki dan Ilmuwan, Apakah Beras Perlu Dicuci Sebelum Dimasak?

By Utomo Priyambodo, Jumat, 6 Oktober 2023 | 16:00 WIB
Sehari-hari warga memproses padi menjadi beras dengan cara ditumbuk menggunakan alu dan lesung. Menggunakan mesin giling padi dipantangkan. Apakah beras perlu dicuci sebelum dimasak? (Feri Latief)

Jadi, jenis beras – bukan cara mencuci – yang menentukan tingkat kelengketan beras. Dalam penelitian ini, beras ketan adalah yang paling lengket, sedangkan beras berbutir sedang dan beras melati kurang lengket dan juga lebih keras seperti yang diuji di laboratorium. Kekerasan ini mewakili tekstur yang terkait dengan menggigit dan mengunyah.

Lalu, apakah mencuci beras ada gunanya?

Secara tradisional, beras dicuci untuk menghilangkan debu, serangga, batu-batu kecil, dan serpihan sekam yang tersisa dari proses penggilingan padi. Hal ini mungkin masih penting bagi beberapa wilayah di dunia yang pengolahannya tidak terlalu teliti.

Baru-baru ini, dengan banyaknya penggunaan plastik dalam rantai pasokan makanan, mikroplastik telah ditemukan dalam makanan kita, termasuk beras. Proses pencucian terbukti membilas hingga 20% plastik dari beras mentah.

Penelitian yang sama menemukan bahwa apa pun kemasan (kantong plastik atau kertas) tempat Anda membeli beras, kandungan mikroplastiknya sama di dalamnya. Para peneliti juga menunjukkan kandungan plastik dalam nasi instan (yang sudah dimasak) ditemukan empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan nasi mentah.

Pendek kata, jika Anda mencuci beras instan terlebih dahulu, Anda dapat mengurangi jumlah plastik sebesar 40%.

Beras juga diketahui mengandung kadar arsenik yang relatif tinggi, karena tanaman tersebut menyerap lebih banyak arsenik seiring pertumbuhannya. Mencuci beras telah terbukti menghilangkan sekitar 90% arsenik dan juga menghilangkan sejumlah besar nutrisi lain yang penting bagi kesehatan kita, termasuk tembaga, besi, seng, dan vanadium.

Bagi sebagian orang, nasi hanya memberikan sebagian kecil dari asupan nutrisi harian mereka sehingga berdampak kecil pada kesehatan mereka. Namun bagi masyarakat yang mengonsumsi beras dalam jumlah besar setiap hari, hal ini dapat berdampak pada gizi mereka secara keseluruhan.

Studi lain mengamati logam berat lainnya, timbal dan kadmium. Studi itu menemukan bahwa pencucian awal menurunkan kadar semua ini antara 7–20%. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan risiko paparan arsenik dari air dan makanan.

Kadar arsenik dalam beras berbeda-beda, bergantung pada tempat penanamannya, jenis beras, dan cara memasaknya. Saran terbaiknya adalah mencuci beras terlebih dahulu dan memastikan Anda mengonsumsi berbagai jenis biji-bijian tak hanya melulu bergantung pada beras.

Studi terbaru pada tahun 2005 menemukan bahwa tingkat arsenik tertinggi berada di Amerika Serikat. Namun penting untuk diingat bahwa arsenik terdapat dalam makanan lain termasuk produk yang terbuat dari beras (kue, kerupuk, biskuit dan sereal), rumput laut, makanan laut dan sayuran.

Apakah mencuci beras bisa mencegah bakteri?

Singkatnya, tidak. Mencuci beras tidak akan berpengaruh pada kandungan bakteri pada nasi yang dimasak. Sebab, suhu memasak yang tinggi akan membunuh semua bakteri yang ada.

Yang lebih memprihatinkan adalah berapa lama Anda menyimpan nasi atau beras yang sudah dicuci di suhu ruangan. Sebab, menanak nasi tidak membunuh spora bakteri dari patogen yang disebut Bacillus cereus.

Jika beras basah atau nasi matang disimpan pada suhu ruangan, hal ini dapat mengaktifkan spora bakteri dan mikroorganisme itu mulai berkembang biak. Bakteri ini kemudian menghasilkan racun yang tidak dapat dinonaktifkan dengan cara dimasak atau dipanaskan kembali.

Racun yang dihasilkan ini dapat menyebabkan penyakit pencernaan yang parah. Jadi, pastikan Anda menghindari menyimpan beras yang sudah dicuci atau dimasak terlalu lama di suhu ruangan.