Nationalgeographic.co.id – Sebuah studi terbitan tahun 2023, yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Oxford, menyoroti masalah sampah dari Indonesia. Studi ini menyebut bahwa sampah Indonesia telah mencemari pesisir Afrika Timur.
Ternyata, sebelumnya juga sudah ada makalah studi dari para peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang menyatakan hal senada, terbit tahun 2022. Kedua studi tersebut sama-sama telah dipublikasikan di jurnal internasional Marine Debris Pollution.
Studi garapan para peneliti BRIN itu berjudul “Pathways and destinations of floating marine plastic debris from 10 major rivers in Java and Bali, Indonesia: A Lagrangian particle tracking perspective”. Dalam studi ini para peneliti membuat model simulasi pergerakan sampah plastik di laut yang berasal dari 10 sungai besar di Jawa dan Bali.
Teknik pemodelan Lagrangian ini memperhitungkan arus laut serta arah pergerakan angin di laut. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian sampah dari muara sungai-sungai besar di Jawa dan Bali berlayar hingga pesisir Afrika dan sebagian lainnya bergerak mencapai pesisir Madagaskar.
Saya berkesempatan mewawancarai Muhammad Reza Cordova, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi pemodelan itu. Reza adalah peneliti di Pusat Riset Oseanografi BRIN yang punya kepedulian terhadap masalah sampah laut Indonesia.
Perbincangan saya melalui aplikasi pesan singkat dengan Reza juga membahas soal target pemerintah Indonesia untuk menangani sampah laut hingga 70% pada tahun 2025. Target ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.
Sejak aturan itu terbit, beragam upaya mulai dilaksanakan pemerintah Indonesia untuk melaksanakan penanganan sampah yang ada di laut, termasuk sampah plastik. Penanganan juga dilakukan terhadap sampah di darat mengingat sebanyak 80 persen sampah di laut Indonesia berasal dari daratan. Sampah-sampah tersebut masuk ke laut setelah terbawa melalui sungai dan anak sungai.
Sejak program penanganan sampah bertarget besar itu berjalan, selama tiga tahun produksi sampah di laut di Indonesia diklaim sudah berkurang hingga 28,5 persen. Namun itu belum cukup karena targetnya adalah berkurang 70 persen pada 2025. Berikut ini adalah petikan wawancara saya dengan Reza yang juga merupakan anggota Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL). Dari pemodelan studi Anda, butuh waktu berapa berapa lama sampah dari Indonesia bisa mencapai Afrika atau Madagaskar? Apakah ada bulan atau musim tertentu yang membuat sampah dari Indonesia cenderung bergerak ke Afrika?
Berdasarkan hasil penelitian kami, sampah dari Indonesia dapat berpindah ke Afrika bagian timur kurang dari 1 tahun. Pola arus yang cenderung bergerak ke arah yang sama, membuat arah sampah dari wilayah Indonesia akan "bergerak" ke arah Samudra Hindia.
Pada musim angin muson barat atau kita kenal saat musim hujan akan mempercepat pergerakan sampah tersebut. Namun demikian, jumlahnya ini relatif lebih sedikit dibandingkan sampah yang akan terdampar pada wilayah pesisir dengan jarak kurang dari 30 km.
Memang berdasarkan model kami, sampah tersebut dapat "berpindah" total dalam 5 tahun. Namun, penelitian kami belum memperhitungkan jumlah sampah yang akan tenggelam ke dasar perairan.
Riset pemodelan pergerakan sampah ini merepresentasikan sampah plastik dengan ukuran berat atau volume berapa? Kalau dicontohkan di kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, misalnya sampah plastik apa aja?