Terlatih dan Berpengaruh: Para Pembunuh Sohor dalam Sejarah Dunia Kuno

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 15 Januari 2024 | 07:00 WIB
Ilustrasi anggota Hashshashin, kelompok rahasia yang aktif pada abad ke-11 di dunia Muslim, terutama di wilayah Persia (sekarang Iran) dan Suriah. (Daily Sabah)

Ilustrasi Hassan-i Sabbah dan tentaranya. (Daily Sabah)

Sicarii, Pembunuh Yahudi yang Mematikan

Sicarii, merupakan kelompok ekstrimis Yahudi yang berdedikasi untuk mengusir orang-orang Romawi dan antek-anteknya. Sicarii adalah bentuk jamak dari kata Latin Sicarius yang diterjemahkan menjadi "manusia belati." 

“Suku Sicarii adalah kaum nasionalis yang menentang keras pendudukan Romawi dan berusaha mengusir penguasa asing dari tanah air mereka,” kata Mitchell.

Mereka melakukan kampanye perang gerilya dan teror, menargetkan para pejabat dan kolaborator Romawi dengan belati yang disembunyikan.

Selama Pemberontakan Besar Yahudi pada tahun 66 Masehi, Sicarii berkontribusi dengan merebut benteng Romawi di Masada dan membantai semua orang Romawi di dalamnya.

Vishkanya, Gadis-gadis Beracun dari India

Vishkanya adalah sekelompok pembunuh wanita yang sangat terampil sehingga mereka menjadi bahan mitos dan legenda. Hampir mustahil bagi para sejarawan modern untuk mengetahui apakah mereka nyata atau tidak. 

Nama mereka berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "gadis beracun". Kelompok ini diyakini dibentuk pada suatu waktu antara tahun 340 dan 293 SM oleh Kaisar Maurya India yang pertama, Chandragupta.

Mitchell menjelaskan, sebagian besar informasi mengenai mereka termuat dalam buku “Arthashastra” yang ditulis oleh Perdana Menteri Chandragupta, Chanakya.

“Chanakya percaya bahwa untuk mempertahankan kekuasaan, kaisar membutuhkan jaringan mata-mata yang dapat mengawasi dan memanipulasi musuh-musuhnya,” jelas Mitchell. “Ketika manipulasi tidak berhasil, para agen ini akan beralih ke pembunuhan.”

Para Vishkanya memulai pelatihan mereka sejak kecil. Setelah direkrut, gadis-gadis muda ini diberi sedikit racun sampai mereka membangun kekebalan alami terhadap racun. 

Hal tersebut memungkinkan mereka untuk menjaga penyamaran mereka, misalnya dengan mencicipi makanan yang telah mereka racuni, untuk mengalihkan kecurigaan.

Harmodius dan Aristogiton

Kematian tiran Hipparchus, oleh pelukis Syriskos, 475-470 SM. (Via Ancient Origins)

Harmodius dan Aristogiton adalah sepasang pahlawan yang berawal dari Athena Kuno. Gelar pahlawannya diperoleh karena upayanya dalam membunuh tiran Hippias.

Mereka melancarkan serangan dalam pesta Panathenaic pada tahun 514 SM. Alih-alih sukses dalam membunuh Hippias, mereka hanya berhaasil membunuh saudara laki-lakinya, Hipparchus.

Harmodius dibunuh oleh pasukan tombak sang tiran di tempat, sementara Aristogiton ditangkap dan kemudian disiksa hingga mati.

Orang-orang Athena memuji Harmodius dan Aristogiton sebagai pahlawan demokrasi dan menjuluki pasangan ini sebagai Tyrannicides.

Kepahlawanan mereka juga mengilhami hukum Tyrannicide pada periode klasik, yang mengizinkan pembunuhan siapa pun yang berusaha menjadi tiran.

Namun, sejarawan Herodotus mempertanyakan narasi tersebut lebih jauh lagi. Menurutnya, plot asli tidak ada hubungannya dengan politik, Harmodius dan Aristogiton hanya menanggapi penghinaan dari Hippias.