Nationalgeographic.co.id—Dalam catatan sejarah, terdapat tokoh-tokoh misterius atau kelompok rahasia mematikan yang jejaknya tak terhapuskan di dunia.
Para pembunuh kuno dan organisasi rahasia ini bukan sekadar pembunuh, namun juga ahli strategi dan cukup berpengaruh selama berabad-abad, kata sejarawan Robbie Mitchell, dalam tulisannya di laman Ancient Origins.
Dari peracun hingga kaum puritan, dari revolusioner hingga orang terbuang, berikut adalah daftar pembunuh terhebat dalam sejarah. Atau setidaknya yang telah kita ketahui.
Locusta, Peracun dari Roma
Lahir pada abad ke-1 Masehi, Locusta Locusta sangat terkenal karena kiprahnya dalam beberapa pembunuhan dengan menggunakan racun.
“Locusta dikatakan berasal dari Galia, namun kemudian pindah ke Roma dan mencari nafkah sebagai peracun profesional. Pada tahun 54 Masehi, ketenarannya telah membuatnya dipenjara,” kata Mitchell.
Kepiawaiannya dalam membunuh dan meracik racun, menarik perhatian Permaisuri Agrippina, istri Kaisar Claudius.
Menurut sejarawan Romawi, Tacitus, Agrippina menugaskan Locusta untuk menyediakan racun yang dapat menyingkirkan suaminya secara diam-diam. Konon, Locusta memberi Agrippina Atropa belladonna, yang ditaburkan di atas jamur dan diberikan kepada kaisar melalui pencicip makanannya, Halotus.
Rencana mereka sangat cerdik. Untuk menghindari kecurigaan, jumlah racun yang ditaburkan ke dalam makanan hanya cukup untuk membuat Claudius sakit, membuatnya bergegas ke kamar mandi dengan kesakitan.
Dokternya, Gayus Stertinius Xenophon, kemudian meracuninya untuk kedua kalinya. Dengan memasukkan sehelai bulu yang telah dibasahi racun ke dalam tenggorokannya, seolah-olah untuk membantunya muntah.
Dengan kematian Claudius, Agrippina menempatkan putranya, Nero, di atas takhta. Pada tahun berikutnya, Nero menemui Locusta. Ia memesan racun untuk menyingkirkan putra Claudius, Britannicus.
Meskipun nyaris gagal, upaya Locusta meracuni Britannicus berhasil. Sejak saat itu, ia menjadi peracun pribadi Nero dan murid-muridnya dikirim untuk mempelajari keahliannya.
Brutus, sang Penikam Ulung
Tidak semua pembunuh paling mematikan dalam sejarah adalah pembunuh profesional. Mereka juga tidak semuanya penjahat. Begitulah kira-kira kata yang tepat untuk menjelaskan Marcus Junius Brutus.
Lahir pada tahun 85 SM dari keluarga bangsawan, Brutus dikenang karena perannya dalam pembunuhan Julius Caesar.
Pada tahun 44 SM, Julius Caesar telah mengumpulkan kekuasaan yang sangat besar, yang berpuncak pada pengangkatannya sebagai diktator. Konsolidasi kekuasaan ini sangat mengkhawatirkan bagi mereka yang menghargai sistem republik.
Dalam rangka mempertahankan komitmennya terhadap cita-cita Republik Romawi, ia memimpin kelompok konspirator yang bertujuan untuk menyingkirkan Caesar.
Pada 15 Maret 44 SM, di Gedung Senat Romawi, Brutus dan rekan-rekannya menyergap Caesar, memberikan pukulan fatal yang tak terhitung jumlahnya.
“Meskipun jumlahnya bervariasi, namun secara umum diterima bahwa sekitar 60 konspirator melancarkan serangan brutal terhadap Caesar, tetapi nama Brutus yang cenderung menonjol,” kata Mitchell.
Pernyataannya yang terkenal, "Bukannya saya kurang mencintai Caesar, tapi saya lebih mencintai Roma."
Bagoas, sang Kasim Pembunuh
Bagoas, seorang kasim Kekaisaran Akhemeniyah melakukan sejumlah pembunuhan terhadap raja-rajanya.
Pada tahun 338 SM, ia mendalangi pembunuhan Raja Artahsasta III. Tak hanya melenyapkan raja yang berkuasa tapi juga semua putra raja, kecuali satu, yaitu Arses. Bagoas menempatkan Arses di atas takhta sebagai penguasa baru Persia.
Namun, ambisi Bagoas tidak mengenal batas, dan hanya dua tahun kemudian, pada tahun 336 SM, dia melakukan tindakan pembunuhan lagi. Dia membunuh Arses, raja yang sebelumnya dia lantik, dan kemudian mengangkat pewaris tahta, Darius III, menjadi raja.
“Rangkaian peristiwa yang berani ini menyoroti ketajaman politik Bagoas yang luar biasa dan metode yang tidak bermoral dalam bermanuver di istana Persia,” jelas Mitchell.
Ordo Hassan-i Sabbah
Tak afdal rasanya jika membahas pembunuh ulung di masa lampau tanpa menyebut kelompok ini. Ordo inilah yang menjadi mula munculnya istilah “Assassin” dalam bahasa Inggris.
Hassan-is-Sabbah awalnya adalah seorang filsuf, pengkhotbah, cendekiawan, dan pemimpin militer yang tangguh.
Jalan Hassan-i Sabbah menuju ketenaran dimulai ketika ia menjadi pengikut setia cabang Islam Syiah Ismailiyah. Karisma dan tekadnya membawanya memenangkan banyak pengikut di antara komunitas Ismailiyah.
Pada tahun 1090 M, ia merebut benteng gunung Alamut yang menjadi benteng pertahanan negara Nizari Ismailiyah. Para pengikutnya yang paling setia dilatih untuk menyingkirkan kepala negara dan militer yang mereka anggap korup (atau mengikuti ajaran Sunni, bukan Syiah).
Seiring berjalannya waktu, kelompok ini semakin berkembang dari markas mereka di Kastil Alamut hingga menduduki 70 lokasi di seluruh Iran modern, Irak, Suriah, dan Lebanon.
“Sebagai pembunuh sejati, Hashshashin mempelajari bahasa dan budaya target mereka sebelum menyerang,” kata Mitchell.
Sama seperti mata-mata modern, beberapa anggota Hashshashin akan mengintai selama bertahun-tahun, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.
Sicarii, Pembunuh Yahudi yang Mematikan
Sicarii, merupakan kelompok ekstrimis Yahudi yang berdedikasi untuk mengusir orang-orang Romawi dan antek-anteknya. Sicarii adalah bentuk jamak dari kata Latin Sicarius yang diterjemahkan menjadi "manusia belati."
“Suku Sicarii adalah kaum nasionalis yang menentang keras pendudukan Romawi dan berusaha mengusir penguasa asing dari tanah air mereka,” kata Mitchell.
Mereka melakukan kampanye perang gerilya dan teror, menargetkan para pejabat dan kolaborator Romawi dengan belati yang disembunyikan.
Selama Pemberontakan Besar Yahudi pada tahun 66 Masehi, Sicarii berkontribusi dengan merebut benteng Romawi di Masada dan membantai semua orang Romawi di dalamnya.
Vishkanya, Gadis-gadis Beracun dari India
Vishkanya adalah sekelompok pembunuh wanita yang sangat terampil sehingga mereka menjadi bahan mitos dan legenda. Hampir mustahil bagi para sejarawan modern untuk mengetahui apakah mereka nyata atau tidak.
Nama mereka berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti "gadis beracun". Kelompok ini diyakini dibentuk pada suatu waktu antara tahun 340 dan 293 SM oleh Kaisar Maurya India yang pertama, Chandragupta.
Mitchell menjelaskan, sebagian besar informasi mengenai mereka termuat dalam buku “Arthashastra” yang ditulis oleh Perdana Menteri Chandragupta, Chanakya.
“Chanakya percaya bahwa untuk mempertahankan kekuasaan, kaisar membutuhkan jaringan mata-mata yang dapat mengawasi dan memanipulasi musuh-musuhnya,” jelas Mitchell. “Ketika manipulasi tidak berhasil, para agen ini akan beralih ke pembunuhan.”
Para Vishkanya memulai pelatihan mereka sejak kecil. Setelah direkrut, gadis-gadis muda ini diberi sedikit racun sampai mereka membangun kekebalan alami terhadap racun.
Hal tersebut memungkinkan mereka untuk menjaga penyamaran mereka, misalnya dengan mencicipi makanan yang telah mereka racuni, untuk mengalihkan kecurigaan.
Harmodius dan Aristogiton
Harmodius dan Aristogiton adalah sepasang pahlawan yang berawal dari Athena Kuno. Gelar pahlawannya diperoleh karena upayanya dalam membunuh tiran Hippias.
Mereka melancarkan serangan dalam pesta Panathenaic pada tahun 514 SM. Alih-alih sukses dalam membunuh Hippias, mereka hanya berhaasil membunuh saudara laki-lakinya, Hipparchus.
Harmodius dibunuh oleh pasukan tombak sang tiran di tempat, sementara Aristogiton ditangkap dan kemudian disiksa hingga mati.
Orang-orang Athena memuji Harmodius dan Aristogiton sebagai pahlawan demokrasi dan menjuluki pasangan ini sebagai Tyrannicides.
Kepahlawanan mereka juga mengilhami hukum Tyrannicide pada periode klasik, yang mengizinkan pembunuhan siapa pun yang berusaha menjadi tiran.
Namun, sejarawan Herodotus mempertanyakan narasi tersebut lebih jauh lagi. Menurutnya, plot asli tidak ada hubungannya dengan politik, Harmodius dan Aristogiton hanya menanggapi penghinaan dari Hippias.