Pesta Kuliner Sejarah Abad Pertengahan, Makan Daging Lumba-lumba

By Hanny Nur Fadhilah, Kamis, 18 Januari 2024 | 09:00 WIB
Pesta adalah ciri utama kehidupan sejarah Abad Pertengahan dan makan malam bersama menjadi simbol kekayaan dan status. (Public domain)

Nationalgeographic.co.id—Dari lahan pertanian kaum tani yang luas hingga jamuan makan mewah kaum bangsawan, makanan di sejarah Abad Pertengahan sangat beragam dan menarik.

Periode ini berlangsung kira-kira dari abad ke-5 hingga ke-15, ditandai dengan budaya kuliner khas yang tidak hanya mencerminkan kondisi sosial ekonomi pada zaman tersebut, namun juga mencerminkan selera, kepercayaan, dan adat istiadat masyarakatnya.

Namun, ketika seseorang menjelajah lebih jauh ke dalam masakan di sejarah abad pertengahan, serangkaian hidangan menarik bagi selera modern mungkin tampak cukup aneh.

Sejarah Abad Pertengahan telah lama menyimpan daya pikat yang mempesona, penuh dengan kesatria, kastil, dan kesederhanaan hidup yang menawan. Namun di balik itu, terdapat dunia makanan kompleks yang lebih dari sekedar makanan. 

Abad Pertengahan adalah zaman seribu tahun yang ditandai dengan perubahan besar dalam masyarakat, ekonomi, dan budaya.

Secara umum, pola makan masyarakat sejarah Abad Pertengahan didasarkan pada apa yang bisa ditanam, diburu, atau ditangkap secara lokal.

Hal ini mengakibatkan perbedaan besar dalam pola makan masyarakat, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti geografi, iklim, dan musim.

Misalnya, masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir mungkin memiliki akses lebih besar terhadap ikan, sedangkan masyarakat yang tinggal di lembah subur dapat bercocok tanam dan beternak dalam jumlah besar.

Pesta adalah ciri utama kehidupan sejarah Abad Pertengahan, khususnya bagi kaum bangsawan. Acara makan malam ini bukan hanya tentang makanan, tetapi merupakan peristiwa rumit yang menunjukkan kekayaan, kekuasaan dan status.

Hidangannya dibuat untuk mengesankan, sering kali menampilkan bahan-bahan eksotis, persiapan yang rumit, dan penuh hiasan.

Pada saat yang sama, pesta besar ini juga memamerkan keahlian para juru masak dan kemurahan hati kerajaan. Di sisi lain, kelas bawah, termasuk kaum tani dan budak, memiliki pola makan yang lebih sederhana dan monoton.